TEMPO.CO , Cilacap: Sejumlah perajin batik tulis asal Maos berencana membuat kampung batik khas Maos untuk tujuan penelitian. Batik pesisir ini mulai berkembang setelah hampir punah di era awal 2000-an.
Dalam alur sejarah, batik Maos pertama kali ada sejak abad 18 Masehi. Tradisi batik dibawa orang Solo. “Kolektor batik memasukkan batik Maos ke dalam genealogi batik Solo,” kata Tonik Sudarmaji, salah satu pengusaha batik Maos, Kamis, 19 Juli 2012.
Perajin Batik Maos, Saodah, 49 tahun, mengatakan Batik Maos dulunya terinspirasi dari tanaman ubi jalar. Orang Maos menyebutnya muntul. Pada perkembangan selanjutnya, berbagai tumbuhan di sekitar mereka menjadi dasar pembuatan motif batik. “Hampir 90 persen motif batik Maos berasal dari tumbuh-tumbuhan,” kata Saodah.
Saodah menyebut beberapa motif Batik Maos: Parang Angkik, Sidomukti, Megamendung, Rujak Sente, dan motif lainnya. “Motif lung berasal dari lekukan ranting-ranting pohon,” imbuhnya.
Tonik menjelaskan alasan Batik Maos lebih banyak bertema tumbuh-tumbuhan. Sebab, katanya, sebagian besar masyarakat Maos adalah petani. Mereka kala itu membatik sebagai kegiatan selingan sambil menunggu musim panen tiba.
Batik Maos pernah berjaya, terkenal di mana-mana pada 1970-an. Keberadaan batik ini perlahan mulai bangkit sejak 2006.
Dari ingatan sejarah Sodriah, 45 tahun, Batik Maos pernah mengalami puncak kejayaan pada 1970-an. Kala itu, batik Maos dijual hingga ke luar daerah.
Namun, memasuki 2000-an, Batik Maos mulai mengalami resesi. “Ini juga salah kami yang ikut-ikutan bikin batik cap, sehingga batik tulis harganya jatuh,” kata Sodriah.
ARIS ANDRIANTO
Berita lain:
Angelina Sondakh Menikah di Rutan KPK?
Hati-hati Gunakan Kata ''Butuh'' di Malaysia
Partai Demokrat Dinilai Sumbang Kekalahan Foke
Kubu Hendardji-Riza Bertamu ke Rumah Jokowi
Warga Minta Bisnis Prostitusi Dilegalkan Saja