TEMPO Interaktif, Semarang - Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menyatakan penggunaan hasil ujian nasional menjadi saringan masuk perguruan tinggi negeri akan dilakukan secara bertahap. "Mulai dari 2010 ini kita mulai. Hasil ujian untuk masuk perguruan tinggi negeri," kata Muhammad Nuh usai memberikan sambutan dalam acara Musyawarah Nasional Ikatan Alumni Universitas Diponegoro yang digelar di kampus Tembalang Semarang, Sabtu (19/12).
Tahapan itu, tambah Nuh, tidak dilakukan secara prosentase sekian persen calon mahasiswa diseleksi melalui hasil ujian nasional. "Tidak ada 10 persen atau 20 persen dari jumlah calon mahasiswa," katanya.
Namun, perguruan tinggi yang ingin "memanfaatkan" hasil ujian nasional sebagai alat seleksi maka dipersilahkan. Nuh menegaskan, jika selama ini hasil ujian nasional tidak dipakai sama sekali maka mulai 2010 sedikit-sedikit akan dimanfaatkan oleh perguruan tinggi.
Selama ini, kata dia, hasil dari pendidikan dasar sudah bisa untuk dijadikan sebagai seleksi sekolah menengah pertama. Sekolah menengah pertama juga sudah diakui oleh jenjang sekolah menengah atas atau sederajatnya. "Lha yang SMA kok belum, ada apa nih?" tanya Nuh.
Nuh menyatakan karena hasil ujian nasional untuk seleksi masuk perguruan tinggi maka proses ujian nasional akan lebih banyak melibatkan kalangan perguruan tinggi. "Kita ajak perguruan tinggi sama-sama ikut merancang ujian nasional, mulai dari pembuatan soal hingga pengawasannya," kata Mantan Menteri Komunikasi dan Informasi ini.
Nuh meminta agar persoalan ujian nasional ini tidak perlu dipertentangkan lagi apakah akan jadi kunci kelulusan ataukah untuk standar pemetaan pendidikan. "Ga perlu dikotomis antara kelulusan dengan pemetaan kita jalani dua-duanya," kata dia.
Menurut Nuh tidak ada sistem pendidikan yang bisa sempurna. Kebijakan ujian nasional saat ini juga hasil dari perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan ujian sebelumnya.
ROFIUDDIN