TEMPO Interaktif, Samarinda - Aksi mahasiswa Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur menolak keputusan Drop Out (DO) berakhir bentrok antara mahasiswa dengan staf rektorat bersama keamanan kampus. Akibatnya enam mahasiswa mengalami lebam terkena pukulan balok kayu yang dibawa para staf rektorat dan juga keamanan kampus.
"Kami langsung diserang para staf yang membawa balok kayu saat keluar dari kantor," kata Lukas Hinuq, Presidium BEM Fakultas Hukum Unmul yang juga korban pemukulan, Kamis (17/12).
Selain dirinya ada Yoyo Sudarmanto mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Lalu Luna, mahasiswa Fisip, Emmanuel Dewa (Fisip), Iskandar dan Damianus Lisangki yang juga mahasiswa Fisip.
Lalu Luna mengaku terkena pukulan rotan oleh pihak keamanan di bagian paha belakang, setelah terjatuh, beberapa staf rektorat lalu menginjak-injak punggungnya.
Kondisi terparah dialami Yoyo Sudarmanto. Pelipis kanan benjol akibat pentungan dan mata kanan merah akibat pukulan. Menurut para korban pemukulan oleh pihak kemanan dan staf rektorat ini berawal saat para mahasiswa berorasi di depan gedung rektorat Unmul sekitar pukul 10.00 WITA. Tak dapat tanggapan dari rektorat, mereka mundur dan berniat mengakhiri aksi.
Tapi sebelum benar-benar bubar, para mahasiswa ini kembali menggelar aksi di depan pos kemanan rektorat. Di sana para mahasiswa ini membakar ban dan sebagian mahasiswa lain duduk di portal.
"Portal itu bengkok karena kami duduki, tiba-tiba para staf itu langsung keluar dari kantor dan mengejar serta memukuli kami," kata Yoyo.
Mereka membantah jika bentrokan ini diawali oleh ulah para mahasiswa. Mereka menyebut justru pihak kemanan yang memulai dengan melempar ban yang terbakar ke arah mahasiswa. "Kami hanya bertahan," katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Unmul, Mulyadi saat dihubungi membenarkan adanya peristiwa bentrokan sekitar pukul 11.00 WITA di depan gedung rektorat Unmul. Mulyadi menuding aksi para mahasiswa ini telah merusak aset pemerintah, yakni portal serta membakar ban di jalan masuk rektorat. "Kalau hanya aksi dengan orasi kami tak mungkin mengusir mahasiswa, tapi ini sudah merusak," ujarnya.
Mulyadi mengatakan bentrokan ini diawali ulah para mahasiswa yang melempari para security. Mendapat perlakuan seperti itu, keamanan kampus melawan. Para pegawai di rektorat juga membantu karena mereka telah merusak aset pemerintah. "Mahasiswa duluan yang melempari, kami punya bukti," kata Mulyadi.
Akibat bentrokan ini, keenam mahasiswa melaporkan perlakuan keamanan kampus dan staf rektorat ini ke Poltabes Samarinda. Mereka berharap, polisi bisa menindak para pegawai yang telah berbuat memukuli para mahasiswa dengan menggunakan balok ini. "Yang kami sesalkan, kok staf turut memukuli kami pakai kayu lagi," ungkap Lukas Hinuq.
Mengenai tuntutan mahasiswa soal kebijakan diterbitkannya DO menurut Mulyadi tidak akan ditinjau ulang. SK DO tetap diberlakukan karena telah sesuai dengan peraturan akademik.
FIRMAN HIDAYAT