Presiden: Militer Berhenti Main Politik Praktis

Reporter

Editor

Rabu, 20 September 2006 19:49 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan agar militer berhenti bermain dalam politik praktis dan menghormati hukum dan hak asasi manusia agar iklim demokrasi berkembang. Presiden mengakui, sebelum 1998, militer terlalu jauh keluar dari peran dan fungsi pokok. "Tentu, ada peran-peran yang tidak tepat dan terlalu jauh yang telah dijalankan militer yang ditandai reformasi 1998," ujarnya dalam pidato pembukaan sepanjang 1 jam 45 menit rapat pimpinan TNI di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (20/9). "Tapi saya tidak rela TNI dianggap gelap semua di masa lalu, banyak jasa TNI pada negara." Untuk modernisasi dan pembangunan kekuatan TNI, Presiden menekankan agar pembangunan kekuatan TNI diarahkan kepada tugas operasi militer non perang. Ini dikarenakan kecil kemungkinan terjadi perang dalam 5-10 tahun mendatang. Di samping itu, banyaknya bencana alam lebih membutuhkan tenaga TNI. "Tapi tetap disisakan untuk strategi pertahanan. Saya tidak ingin pertahanan kita tidak siap. Biar tidak dikadalin negara lain," tegasnya. Sebab itu, Presiden meminta, TNI terus memahami perkembangan strategi, doktrin, teknologi persenjataan dan kebijakan militer dunia. "Jangan terlena." Sebab itu, Presiden meminta Menteri Perekonomian dan Kepala Bappenas mengalokasikan dana bagi program penelitian dan pengembangan di tingkat nasional. "Jangan melupakan ini. Perang sekarang, dalam dua hari belum tentu masih ada jalan dan logistik. Alat perang disapu dalam minggu pertama." Namun begitu, Presiden menegaskan, Indonesia tidak ingin mengembangkan politik keamanan yang ekspansif,agresif dan ingin menguasai dunia dengan mengembangkan militer besar-besaran. Misalnya menambah kekuatan TNI menjadi 5 divisi, menambah F16 menjadi 3 skuadron atau menambah armada menjadi 4 buah. "Lagipula kita tidak mampu. Duit dari mana." Militer Indonesia, ujarnya, hanya perlu menambah kekuatan esensial minimal untuk menopang tugas pokok yaitu menjaga pertahanan kedaulatan wilayah Indonesia. Itupun, jelas Presiden, dibangun secara bertahap sesuai dengan kemampuan ekonomi dan keuangan bangsa. "Tidak boleh habis-habisan untuk pertahanan, harus pas perimbangan dan porsinya." Presiden sengaja mengajak Menteri Koordinator EKonomi Boediono ke rapim TNI untuk menjelaskan kemampuan dan kapasitas ekonomi Indonesia. "Agar TNI tau kemampuan anggaran guna mengembangkan persenjataan" Presiden dalam kesempatan itu menekankan bahwa keputusan perang merupakan wewenang Presiden atas persetujuan DPR. "Tidak boleh kepala staf angkatan berkumpul-kumpul di rumah panglima."Karena, ujarnya, jika keputusan perang disalahkan maka pemimpin politik yaitu Presiden dan DPR yang akan disalahkan. "Kecuali kalau pasukan kalah terus dan banyak melakukan pelanggaran HAM, baru pemimpin militer yg dsalahkan." Dalam kesempatan terpisah, Presiden melalui juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal mengaku prihatin dengan kudeta militer atas Perdana Menteri Thailand Thaksin Sinawatra. "Penegakan demokrasi sangat penting dalam komunitas ASEAN yang kita junjung bersama,"ujarnya di sela-sela acara akad nikah putra pasangan Rahmawati Soekarnoputri-Dicky Soeprapto dengan pasangan Johnny Edi Warokka-Sri Rohani Wijayati di Cilandak. Indonesia mengaku terus memantau dari dekat perkembangan di Thailand baik melalui rekan di ASEAN maupun kedubes Indonesia di Bangkok. "Pemerintah berharap krisis poltik dapat diselesaikan dengan cara damai dan demokratis" Badriah, Tempo

Berita terkait

Imparsial Khawatirkan Rancangan PP Manajemen ASN akan Kembalikan Dwifungsi ABRI

38 hari lalu

Imparsial Khawatirkan Rancangan PP Manajemen ASN akan Kembalikan Dwifungsi ABRI

RPP Manajemen ASN merupakan aturan pelaksana dari revisi UU ASN yang pada tahun lalu berhasil disahkan.

Baca Selengkapnya

Pintu Masuk Prajurit TNI - Polri Duduki Jabatan Sipil, Ingat Kembali Strategi Dwifungsi ABRI Orde Baru

42 hari lalu

Pintu Masuk Prajurit TNI - Polri Duduki Jabatan Sipil, Ingat Kembali Strategi Dwifungsi ABRI Orde Baru

Dwifungsi ABRI merupakan jabatan ganda prajurit TNI dan Polri sehingga mendapatkan jabatan sipil, hal itu muncul pada zaman Orde Baru. Muncul lagi?

Baca Selengkapnya

Setara Institute Sebut RPP Manajemen ASN Berpotensi Mengulang Praktik Dwifungsi ABRI

42 hari lalu

Setara Institute Sebut RPP Manajemen ASN Berpotensi Mengulang Praktik Dwifungsi ABRI

SETARA Institute menilai RPP Manajemen ASN ini mengkhianati amanat Reformasi 1998 yang menghapus Dwifungsi ABRI.

Baca Selengkapnya

SETARA Institute Berikan 4 Catatan soal RPP Manajemen ASN, Singgung Komitmen Reformasi TNI-Polri

43 hari lalu

SETARA Institute Berikan 4 Catatan soal RPP Manajemen ASN, Singgung Komitmen Reformasi TNI-Polri

SETARA Institute minta penyusunan RPP ASN tidak didorong untuk membuka TNI-Polri mengokupasi jabatan pemerintahan yang jadi tugas dan fungsi ASN.

Baca Selengkapnya

Sederet Kritik Rencana Pemerintah Mengizinkan TNI-Polri Duduki Jabatan ASN

43 hari lalu

Sederet Kritik Rencana Pemerintah Mengizinkan TNI-Polri Duduki Jabatan ASN

Rencana pemerintah mengizinkan TNI-Polri mengisi jabatan ASN menuai kritik dari pengamat militer dan organisasi masyarakat sipil.

Baca Selengkapnya

Reaksi Ma'ruf Amin hingga Imparsial Soal TNI-Polri Isi Jabatan ASN

43 hari lalu

Reaksi Ma'ruf Amin hingga Imparsial Soal TNI-Polri Isi Jabatan ASN

Imparsial menilai penempatan TNI-Polri di jabatan ASN akan mengancam demokrasi karena melegalisasi kembalinya dwifungsi ABRI.

Baca Selengkapnya

Connie Cerita Pertemuan dengan Panglima Bahas Revisi UU TNI: dari Dwifungsi hingga Anggaran

16 Mei 2023

Connie Cerita Pertemuan dengan Panglima Bahas Revisi UU TNI: dari Dwifungsi hingga Anggaran

Pengamat militer Connie Rahakundini menceritakan pertemuannya dengan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, yang membahas beberapa isu krusial termasuk revisi UU TNI

Baca Selengkapnya

Revisi UU TNI, CSIS: Perluasan Jabatan untuk Militer Dinilai Akan Merusak Pemerintahan Sipil

16 Mei 2023

Revisi UU TNI, CSIS: Perluasan Jabatan untuk Militer Dinilai Akan Merusak Pemerintahan Sipil

Revisi UU TNI kini menuai polemik karena beberapa usulan perubahan pasal dianggap membangkitkan konsep Dwifungsi ABRI.

Baca Selengkapnya

Usulan Revisi UU TNI: Jabatan Militer di Sipil Kian Banyak, Termasuk Kejaksaan

10 Mei 2023

Usulan Revisi UU TNI: Jabatan Militer di Sipil Kian Banyak, Termasuk Kejaksaan

Dalam draf revisi UU TNI yang beredar, jabatan TNI yang akan masuk ke ranah sipil kian banyak. Bangkitkan lagi Dwifungsi ABRI?

Baca Selengkapnya

ILUNI UI Minta Publik Waspada Wacana TNI/Polri Jadi Penjabat Kepala Daerah

16 Oktober 2021

ILUNI UI Minta Publik Waspada Wacana TNI/Polri Jadi Penjabat Kepala Daerah

ILUNI UI meminta publik waspada atas wacana menjadikan anggota TNI/Polri aktif sebagai penjabat kepala daerah demi menjaga supremasi sipil.

Baca Selengkapnya