Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menjadi pembicara dalam pengenalan aplikasi JAGA di Gedung KPK, Jakarta, 15 November 2016. Aplikasi pencegahan korupsi yang diinstal pada telepon pintar tersebut berguna untuk membantu masyarakat mengontrol pelayanan publik sehingga lebih transparan. ANTARA FOTO
TEMPO.CO,Jakarta – Wali Kota Ridwan Kamil menceritakan pengalamannya selama tiga tahun memimpin Kota Bandung dengan modal pas-pasan. Agar bisa melakukan pembangunan, ia menerapkan terobosan.
Menurut Ridwan, dana yang dibutuhkan untuk membangun Bandung cukup besar. Sementara sumber pendapatan dari daerah, pemerintah provinsi, ataupun pusat, sangat terbatas.
“Pendapatan Bandung per tahun itu cuma Rp 15 triliun, padahal hitungannya kami butuh Rp 60 triliun,” ujar Ridwan dalam acara diskusi yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi pada Rabu, 16 November 2016.
Ia pun akhirnya mengandalkan pemasukan dari pendapatan lain-lain yang didapat pemerintah Bandung. Salah satunya adalah membantu dan mempermudah investor masuk ke Bandung. Ridwan mengaku menjemput bola untuk meningkatkan pendapatan.
Salah satu investasi besar yang masuk Bandung, yakni modal dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Belanda. Kata dia, PDAM Belanda memiliki uang banyak dan akan berinvestasi di Indonesia. Mereka menawarkan kerja sama dengan Pemerintah Kota Bandung.
”Awalnya dia enggak mau karena proses perizinan di sini ribet,” kata Ridwan. Namun ia berhasil meyakinkan perusahaan tersebut dengan cara membantu mempercepat perizinan. Total investasi dari perusahaan itu mencapai 5 juta euro.
Ridwan mengungkapkan tak terlalu mengharap uluran tangan dari pemerintah pusat karena sejumlah permohonan proyek tak kunjung disetujui. “Saya minta izin bangun LRT, sudah melobi menteri keuangan, melobi dirjen, sampai Pak Jokowi, sudah setahun hasilnya tidak jelas.”