Kebun Binatang Bandung Diinvestigasi, Banyak Hewan Tersiksa
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 13 Mei 2016 17:41 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Selama satu minggu ke depan, tim dokter Perhimpunan dokter Hewan Indonesia Jawa Barat bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat melakukan investigasi kesehatan dan kesejahteraan satwa di Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung. Investigasi dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyakit menular ke satwa lainnya, pasca kematian gajah Sumatera bernama Yani, Rabu, 11 Mei 2016 lalu.
Hasil autopsi atau nekropsi yang dilakukan tim dokter gabungan pada bangkai gajah Yani. Sementara ini Yani mati diduga karena radang paru-paru. Hasil pastinya baru bisa ditentukan tiga bulan ke depan setelah hasil pemeriksaan darah di laboratorium selesai.
"Pada hari ini kita dibagi dalam tim melakukan investigasi dari kandang bagian depan sampai kemudian akhir ke kandang bagian akhir nanti karena cukup banyak hewan yang kita harus investigasikan," ujar dokter hewan Pranyata Tangguh Waskita saat ditemui di sela-sela pemeriksaan, Jumat, 13 Mei 2016.
Hasil investigasi sementara, mayoritas kandang-kandang satwa dinyatakan kurang layak. "Investigasi hari ini ditemukan beberapa hal yang secara umum manajerialnya agak kurang bagus termasuk didalamnya pemberian nutrisi dan sebagainya. Karena kita lihat dari hewan itu sendiri agak kurang baguslah," ujarnya.
Di tempat yang sama, dokter hewan dari Dinas Peternakan Jawa Barat Indriantari membenarkan jika manajemen pemeliharaan satwa di Kebun Binatang Bandung kurang baik.
"Secara umum kita lihat fasilitas yang diberikan di sini belum memenuhi persyaratan seperti kebutuhan air minum, makan dan lainnya. kadang-kadang lingkungan tidak mendukung membuat satwanya tidak sehat, tidak nyaman, stress dan sebagainya," ucapnya.
Indriantari menambahkan, beberapa hewan juga bertingkah laku tidak wajar. Diduga perilaku tersebut disebabkan oleh pola pemeliharaan yang tidak dilakukan secara berkala. Bahkan, ketika Indrianti menanyakan data-data pemeliharaan hewan, penjaga hewan Kebun Binatang bandung yang menemani tim dokter hewan seringkali menyebut tidak mengetahui kapan satwa-satwa diperiksa dan didata kesehatannya. Hal tersebut membuat kesulitan investigasi.
"Informasi yang kami dapat juga kurang lengkap, misalnya masing-masing satwa berapa jumlahnya, kapan masuk, pada umur berapa dan dalam kondisi seperti apa. Recordingnya dan pendataannya kurang baik. Harusnya untuk mengelola kita butuh data," jelasnya.
Indrianti menambahkan, beberapa hewan karnivora bahkan seringkali tidak menunjukkan keagresifannya. "Ada yang saya lihat yang tidak bereaksi ketika ada yang mencoba mengajak berkelahi. Tadi ada saya lihat yang satu agresif tapi yang lain kok diam. Secara alami satwa liar yang karnivor itu agresif. Ketika tidak agresif berarti ada sesuatu," bebernya.
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Wilayah Jawa Barat, Sri Muji Arti Ningsih meminta pengelola Kebun Binatang Bandung untuk membatasi aktivitas manusia sejauh satu kilometer dari kandang gajah, tempat gajah Sumatera bernama Yani mati dan diautopsi, Kamis, 12 Mei 2016 kemarin.
Menurut Sri, Kebun Binatang Bandung dikhawatirkan menjadi area zoonosis pasca matinya gajah Yani. Zoonosis adalah area dimana sejumlah penyakit atau virus dari hewan bisa menular kepada manusia.
"Kami meminta pengelola membuat border line radius satu kilometer dari kandang gajah," kata Sri saat ditemui seusai pemeriksaan kesehatan dan kesejahteraan satwa di Kebun Binatang Bandung, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jumat, 13 Mei 2016.
Jika direkomendasikan tidak boleh ada aktivitas manusia dalam radius satu kilometer, artinya Kebun Binatang Bandung seharusnya ditutup untuk jangka waktu minimal tiga bulan hingga diketahui jenis penyakit pasti yang membuat gajah Yani mati. Ditambah lagi hasil investigasi kesehatan dan kesejahteraan satwa-satwa koleksi Kebun Binatang Bandung lainnya. "Ya, harusnya seperti itu (ditutup)," ujarnya.
Meski demikian, Sri tidak memiliki kewenangan untuk menutup Kebun Binatang Bandung. Yang pasti, sambungnya, saran agar tidak ada aktivitas manusia dalam jarak satu kilometer dari kandang gajah dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pengunjung.
"Kami mempertimbangkan pengunjung banyak yang datang dan memang belum memastikan zoonosis atau tidak. Kami belum tahu apakah gajah mati karena zoonosis atau sakit biasa. Jadi kesiagaan kami membuat border sampai hasil (laboratorium) keluar," ujarnya.
Jika hasil cek darah gajah Yani dari laboratorium keluar dan dinyatakan mati karena penyakit jenis zoonosis, maka Kebun Binatang Bandung harus ditutup secara permanen. Atau dengan kata lain Kebun Binatang Bandung dibuat menjadi zona karantina. "Ketika ketahuan zoonosis berarti memang harus ditutup," tegasnya.
Sri menjelaskan, ada 22 jenis penyakit yang masuk dalam kategori zoonosis. Penyakit-penyakit dari satwa ini memungkinkan untuk menulari manusia melalui kontak langsung hingga udara.
"Penularannya bisa lewat kontak langsung. Oleh karena itu dilarang mendekat (kandang gajah) karena takutnya memegang benda di sekitar itu seperti tanah, tanaman dan sebagainya. udara ada juga bisa. Butiran-butiran pasir atau tanah yang tercampur kuman berterbangan lewat udara," sambungnya.
Dari 22 penyakit yang masuk kategori zoonosis, sambung Sri, yang paling sering di kebun binatang adalah tuberculosis, rabies, toksoplasmosis dan leptospirosis." Di Jawa Barat juga endemis antraks," bebernya.
Sri juga menyarankan kepada pengunjung Kebun Binatang Bandung untuk secepatnya memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami sakit sepulang dari Kebun Binatang Bandung.
"Gejala-gejala klinis seperti tubercolusis diawali demam tinggi, batuk, badan kurus, nafsu makan berkurang. Kalau
Leptospirosis mirip ganguan hati seperti selaput mukosa kuning, urin kuning kecoklatan, perut kembung, sesak nafas, lemah, tidak mau makan," tuturnya.
Sementara untuk penyakit toksoplasmosis cenderung tidak ada gejala. Namun, bahayanya penyakit ini adalah untuk ibu hamil. "Bisa keguguran atau anaknya nanti cacat konginetal," tandasnya.
PUTRA PRIMA PERDANA