Undangan Penobatan Paku Alam X Yogyakarta Ditulis Tangan  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Kamis, 7 Januari 2016 12:35 WIB

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X menerima keris Kanjeng Kyai Buntit peninggalan jaman penobatan Paku Alam III dan Paku Alam IV di bangsal Sewatama, Pura Pakualaman, Yogyakarta, 7 Januari 2016. Penyematan keris dilakukan oleh sesepuh keluarga Puro Pakualaman Romo Sedyo Utomo. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Di atas lembar undangan berwarna dasar kuning kehijauan, sebuah nama yang tertulis “Sri Sultan Hamengku Buwono X” tersemat dengan tinta biru. Tulisannya sekilas sederhana. Namun ada tebal tipis garis pada bagian sisi setiap huruf yang tampak kentara.

Hal itu membedakannya dengan tulisan-tulisan lain dalam kertas undangan upacara Jumeneng Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Paku Alam X pada 7 Januari 2015. Sebab, itu satu-satunya tulisan biru pada kertas undangan yang ditulis dengan tangan.

“Saya tawarkan untuk pakai komputer. Tapi ditolak,” kata Iskandar, penulis nama pada 1.160 lembar undangan jumenengan tersebut, saat ditemui di gedung SMA 1 Negeri Yogyakarta, Selasa, 5 Januari 2016.

Pria 59 tahun yang sehari-hari menjadi guru seni kaligrafi di SMA 1 Negeri Yogyakarta tersebut mendapatkan permintaan menulis nama-nama para undangan sejak sebulan lalu. Selain berlatar belakang seni, Iskandar ditunjuk ketua panitia yang mengurusi undangan, Kanjeng Mas Tumenggung Tirtodiprodjo, karena kakek dua cucu itu biasa menulis nama-nama muridnya pada ijazah kelulusan sekolah.

Namun, lantaran nama-nama undangan acara tersebut orang-orang penting, mulai raja-raja sejumlah kerajaan, Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri, hingga duta besar, risiko salah cukup besar bila ditulis tangan. Salah satu solusinya adalah ditulis melalui program komputer. “Kata Pak Tirto, dalam jumenengan, nama raja-raja dikehendaki ditulis pakai tulisan tangan. Itu bentuk penghargaan,” ucap Iskandar.

Ada lima contoh bentuk tulisan tangan yang diajukan. Namun yang disetujui adalah tulisan tangan bentuk kaligrafi. Sebab, tebal tipis hurufnya lebih memperjelas bahwa tulisan tersebut adalah tulisan tangan.

Iskandar hanya membutuhkan waktu sepekan untuk menulis nama sebanyak 1.160 lembar. Itu pun masih ada sekitar 200 undangan susulan khusus kawasan Yogyakarta yang tengah ditunggu daftar namanya. Dia telah menghabiskan pena kaligrafi warna biru sebanyak dua buah.

Dia mengandalkan mood untuk bisa berkonsentrasi dengan baik. “Kalau mood-nya jelek dan dipaksa menulis, banyak salahnya dan tulisan lambat,” ujar Iskandar, yang sempat memeragakan menulis nama dengan huruf kaligrafi di depan wartawan.

Untuk meletakkan awal huruf guna memastikan tulisan nama tepat berada di tengah, Iskandar mengandalkan perasaan. Dan untungnya, disediakan lembaran undangan cadangan untuk mengantisipasi bila ada tulisan yang salah.

“Menulis jadi lancar, karena tidak dihantui kesalahan,” tutur Iskandar, yang menjadi murid almarhum pematung patung “Selamat Datang”, Edhi Sunarso, di Jurusan Kriya Akademi Seni Rupa Indonesia pada 1975-1976.

Sementara itu, Tirtodiprodjo menjelaskan, penggunaan tulisan tangan untuk menulis nama-nama undangan merupakan salah satu kekhasan dalam persiapan prosesi jumenengan tersebut. “Nama orang yang ditulis tangan menjadi terhormat. Tulisan tangan pun menjadi berharga,” kata Tirtodiprodjo.

PITO AGUSTIN RUDIANA




Berita terkait

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

16 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

17 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

28 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

29 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

KPU Gelar Pilkada 2024 Serentak di 37 Provinsi Kecuali DIY, Ini Alasannya

30 hari lalu

KPU Gelar Pilkada 2024 Serentak di 37 Provinsi Kecuali DIY, Ini Alasannya

Dari 514 kabupaten/kota, KPU menggelar pilkada di 508 daerah karena 6 kabupaten/kota administratif di DKI Jakarta tak ada pilkada langsung.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

49 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

50 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

51 hari lalu

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.

Baca Selengkapnya