TEMPO Interaktif, Jakarta:Calon Panglima TNI yang kini menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Djoko Suyanto, menjamin TNI tidak akan terlibat dalam politik. Jaminan Djoko ini didasarkan pada pertimbangan banyaknya kontrol terhadap TNI. Menurutnya, Undang-undang, masyarakat, LSM, dan Parlemen sudah cukup kuat untuk mencegah keterlibatan TNI dalam politik. Selain kontrol yang kuat, Djoko menganggap TNI sudah memiliki keinginan yang kuat untuk tidak terlibat dalam politik. "Jangan Kuatir, kedepan tidak akan ada penyimpangan TNI ke arah politik," kata Djoko Suyanto dalam Fit and Proper Test dengan Komisi I di DPR Jakarta, Rabu (1/2). Hal yang paling relevan dibicarakan dalam kondisi TNI sekarang ini, dalam pandangan Djoko, adalah soal komando teritorial (koter). Ke depan, seandainya terpilih menjadi Panglima TNI, Djoko masih akan mempertahankan komando teritorial (koter) di TNI. Namun karena anggaran yang kecil, tidak memungkinkan TNI menggelar seluruh kekuatannya secara maksimal. Meskipun Djoko datang dari Matra Angkatan Udara, ia menjamin tidak akan memprioritaskan pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) semata ke AU. "Tapi sesuai dengan tuntutan prioritas angkatan mana yang menjadi sektor utama pembangunan kekuatan," ujarnya. Tentang siapa yang berperan dalam sektor utama ini disesuaikan dengan spektrum ancaman yang ada. Walaupun prioritasnya diambil dari jenis operasi yang mejadi sektor utama, Djoko menambahkan, bukan berarti matra itu akan bergerak sendirian. Djoko akan berpedoman kepada intregated armed forces (kekuatan bersenjata yang terintegrasi). Dalam paparan awal, Djoko antara lain menyebutkan bahwa ia akan mendukung rasa saling percaya antar angkatan bersenjata. Ia juga menganggap otoritas politik harus mempertimbangkan pemberian otoritas kepada TNI untuk melaksanakan keputusan politik sebagai upaya yang terakhir. Terlontar pula untuk melanjutkan prioritas peningkatan kesejahteraan prajurit. Fanny Febiana