TEMPO Interaktif, Jakarta: Terpidana kasus pembunuhan aktivis Munir, Pollycarpus Budihari Priyanto, mengadukan majelis hakim yang mengadili perkaranya ke Komisi Yudisial. Dia menilai ada penyimpangan perilaku hakim karena intervensi pihak luar terhadap majelis hakim."Pertimbangan majelis hakim untuk menghukum Polly selama 14 tahun hanya berdasarkan asumsi," kata A. Wirawan Adnan, pengacara Polly, di Komisi Yudisial, Selasa (27/12). Majelis hakim yang diadukan itu yaitu Cicut Sutiarso, Sugito, Agus Subroto, Ridwan Mansyur, dan Lilik Mulyadi. Mereka menghukum pilot senior Garuda Indonesia Airline itu dengan hukuman seumur hidup.Dalam pertimbangan putusannya, kata Adnan, majelis hakim menyatakan Direktur V Badan Intelijen Negara Muchdi P.R. sering bicara dengan Polly sehingga memiliki motivasi yang sama untuk membunuh Munir. Pertimbangan itu, menurut dia, sangat spekulatif.Asumsi lain, kata dia, majelis hakim juga mengatakan pembunuhan Munir melalui racun arsenik melalui mi goreng. Pertimbangan itu, kata dia, sangat tidak profesional sebab dalam persidangan tidak terdapat fakta adanya mie goreng melainkan jus jeruk.Pengaduan itu diterima staf pengaduan Komisi Yudisial dan didaftarkan dengan nomor 376. Irawady Joenoes, anggota Komisi Yudisial, mengatakan akan mempelajari terlebih dahulu pengaduan tersebut. EDY CAN