Kabut Asap, Kementerian Kesehatan Teliti Masker yang Cocok

Reporter

Senin, 19 Oktober 2015 16:24 WIB

Mahasiswa fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah surabaya (UMSurabaya) luncurkan masker serabut kelapa untuk meminimalisir penyakit ISPA. Doc : um-surabaya.ac.id KOMUNIKA ONLINE

TEMPO.CO, Jakarta- Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Kesehatan Murti Utami mengatakan Kementeriannya masih melakukan penelitian berbagai jenis masker pada kondisi kebakaran hutan. "Penelitian jenis masker kebakaran hutan masih terus jalan," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo, Senin, 19 Oktober 2015.

Murti mengatakan komponen asap kebakaran hutan terdiri atas gas, partikulat, dan uap. Masing-masing dari komponen asap memiliki dampak terhadap kesehatan. Sampai saat ini tidak ada satu pun jenis masker atau respirator yang dapat memproteksi terhadap semua komponen gas dari asap kebakaran hutan.

"Masker ataupun respirator didesain untuk mengurangi pajanan partikulat (PM)," katanya. Berdasarkan penelitian dan literatur, masker bedah didesain untuk memfilter partikel yang besar tetapi tidak untuk partikel yang kecil, penetrasinya sekitar 60-70 persen partikel masih dapat masuk ke saluran napas.

Menurut Murti, terdapat banyak jenis respirator yaitu air purifying device dan air supplying device. Air purifying device memiliki beberapa jenis seperti N100, N95, R100, P100, dan lainnya, yang didasarkan pada kemampuannya memfiltrasi partikel.

Dari semua jenis masker itu, jenis masker N95 adalah masker yang cukup baik karena dapat menghalangi 95 persen partikel yang masuk jika digunakan dengan teknik dan cara yang tepat. Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan masker N95 dan masker bedah tidak berbeda dari segi kejadian infeksi saluran pernapasan akut akibat pajanan asap kebakaran hutan. Hal ini berhubungan dengan teknik penggunaan masker N95 yang tidak tepat. Sehingga manfaatnya hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa.

Jika digunakan dengan teknik dan cara yang benar, masker N95 dapat mengurangi gejala pernapasan yang timbul akibat pajanan asap kebakaran. Penggunaan masker N95 mempunyai keterbatasan berupa ketidaknyamanan penggunanya dan penggunaannya terbatas, yaitu maksimal hanya delapan jam.

Berdasarkan penelusuran Tempo, penggunaan masker N95 direkomendasikan pada kondisi berikut ini, yaitu pada seseorang yang harus berada di luar ruangan saat kondisi asap cukup pekat yang dilihat dari kualitas udara PM 10 atau ISPU. Syarat lainnya, harus dengan individual fit test agar kemampuan proteksinya terjamin dengan baik. Selain itu, penggunaan masker N95 tidak direkomendasikan pada anak-anak, Ibu hamil, lanjut usia, dan pasien dengan penyakit kardiovaskuler, penyakit paru kronik serta untuk penggunaan di dalam rumah.

MITRA TARIGAN

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

4 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

7 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

13 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

13 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

23 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

40 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

41 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

7 Maret 2024

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya