Para Indonesianis Sepakat Jokowi Seharusnya Lebih Baik  

Senin, 21 September 2015 08:44 WIB

Calon Presiden nomor urut dua, Joko Widodo mengajak ribuan buruh mengangkat dua jari dalam rangkaian kampanye dirinya di kawasan Pabrik Garmen PT Daehan Global, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu 2 Juli 2014. Jokowi hari ini dijadwalkan menghadiri sejumlah lokasi seperti, Pondok Pesantren, bertemu komunitas buruh serta menyambangi sentra berasdi Ciganjur. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Canberra - Sejumlah pakar Indonesia atau lebih dikenal sebagai Indonesianis yang berkumpul di Konferensi Indonesia Update 2015 di Canberra, Australia, setuju dengan pandangan bahwa Presiden Joko Widodo alias Jokowi seharusnya bisa mengelola pemerintahannya dengan lebih baik.

Hari pertama konferensi tahunan yang digelar Australian National University tersebut memang membahas situasi politik dan ekonomi terbaru di Indonesia. Meski banyak pandangan yang bernuansa kritis, ada harapan Jokowi bakal kembali pada karakter awal dan memenuhi janji-janji kampanyenya di tahun kedua pemerintahannya.

Sesi politik dalam konferensi ini dibawakan oleh pakar politik Burhanuddin Muhtadi, dan ditanggapi oleh peneliti ANU, Eve Warburton. Sedangkan sesi ekonomi disampaikan oleh ekonom Universitas Padjajaran Arief Anshory Yusuf dan ditanggapi Vincent Ashcroft, ekonom Australia yang banyak menangani program AusAid di Indonesia.

"Karakter pemerintahan Jokowi menunjukkan indikasi besarnya pengaruh para pengusaha oligarki, " kata Burhanuddin Muhtadi dalam pemaparan makalahnya. Secara khusus dia mengulas peristiwa pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi dan penunjukkan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri, awal 2015 lalu.

Menggunakan kerangka teori pakar politik dari Northwestern University, Boston, Jeffrey Winters, Burhanuddin menilai politik Indonesia kini lebih bisa dijelaskan dengan teori oligarki kekuasaan ketimbang teori politik kartel. "Keberadaan oposisi yang kuat di parlemen dan kecilnya koalisi pemerintah, menunjukkan pemerintahan Jokowi bukan kartel," katanya. Namun, beberapa keputusan Jokowi yang kerap dipengaruhi kekuatan politik besar di sekelilingnya seperti Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, menunjukkan peran oligarki kekuasaan yang kian besar.

Kondisi ini diperparah oleh karakter Jokowi sendiri yang tidak tertarik melakukan reformasi politik mendasar di bidang politik, hukum dan keamanan. Mengutip pakar politik Marcus Mietzner, Burhanuddin menyebut karakter Jokowi sebagai "teknokrat populis yang pragmatis".

Pengamat politik ANU Eve Warburton setuju dengan pengamatan Burhan. Namun dia menambahkan faktor lemahnya kepemimpinan Jokowi sendiri turut andil dalam banyak blunder di tahun pertama pemerintahannya. "Proses pengambilan keputusan Presiden Jokowi kerap membingungkan, tidak konsisten dan tiba-tiba. Orang-orang di sekelilingnya kerap terkejut dengan keputusan Jokowi yang menunjukkan betapa tidak jelasnya proses pengambilan keputusan di Istana," kata Eve. Dia menyebut proses pengambilan keputusan Jokowi sebagai "black box" yang penuh misteri.

Dari sisi ekonomi, Arief Anshory menyoroti makin kuatnya tendensi proteksionisme dan intervensionis dalam pengelolaan ekonomi Indonesia. Selain itu, dia melihat lemahnya kebijakan ekonomi yang mendorong sektor manufaktur lebih berorientasi ekspor. "Indonesia membutuhkan lebih banyak solusi pembangunan yang berdasarkan mekanisme pasar ketimbang mengharapkan peran negara yang masih belum optimal," kata Arief sembari menunjuk aplikasi Go-Jek sebagai contoh ideal inovasi ekonomi berbasis pasar yang bisa mengangkat sektor informal dan mengurangi pengangguran di kota-kota besar.

WAHYU DHYATMIKA

Berita terkait

Anggukan Jokowi soal Disebut Jadi Penjembatan Prabowo-Megawati

36 menit lalu

Anggukan Jokowi soal Disebut Jadi Penjembatan Prabowo-Megawati

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengungkapkan Presiden Jokowi yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Megawati dan Prabowo

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

37 menit lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 jam lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Respons Rencana Prabowo Tambah Kementerian hingga 40

1 jam lalu

Jokowi Respons Rencana Prabowo Tambah Kementerian hingga 40

Orang-orang dekat Prabowo menceritakan bahwa Prabowo berupaya membangun koalisi besar untuk menguasai DPR.

Baca Selengkapnya

Seputar Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

1 jam lalu

Seputar Indonesia Digital Test House yang Diresmikan Jokowi Hari Ini

Jokowi mengharapkan pembukaan Indonesia Digital Test House (IDTH) di BBPPT dapat memperkuat ekosistem digital lokal. Berikut hal-hal seputar IDTH.

Baca Selengkapnya

Seloroh Jokowi saat Ditanya Parpol Baru setelah Tak Diakui PDIP

2 jam lalu

Seloroh Jokowi saat Ditanya Parpol Baru setelah Tak Diakui PDIP

Sebelumnya, Kabar Jokowi bukan lagi anggota PDIP disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sepakat dengan Luhut soal Jangan Ada Orang Toxic di Kabinet Prabowo

2 jam lalu

Jokowi Sepakat dengan Luhut soal Jangan Ada Orang Toxic di Kabinet Prabowo

Presiden Jokowi setuju dengan usul yang menyebut Presiden terpilih Prabowo Subianto tak perlu membawa orang 'toxic' masuk kabinet.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

2 jam lalu

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House di Depok

Presiden Jokowi mengharapkan pembukaan IDHT memperkuat ekosistem digital lokal.

Baca Selengkapnya

Reaksi Internal KIM atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

3 jam lalu

Reaksi Internal KIM atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Gerindra menyatakan Prabowo sudah mendiskusikan pembentukan presidential club sejak bertahun-tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Tiga Arahan Jokowi untuk Sinkronisasi Rencana Kerja Pemerintahan Prabowo-Gibran

4 jam lalu

Tiga Arahan Jokowi untuk Sinkronisasi Rencana Kerja Pemerintahan Prabowo-Gibran

Presiden Jokowi juga mengatakan RKP harus didasarkan pada hasil dengan memperhatikan return ekonomi yang dihasilkan.

Baca Selengkapnya