Cukup Datang ke UGM, Kamu Bisa Selfie di Taman Sakura
Editor
Muhammad Iqbal
Kamis, 3 September 2015 22:02 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Lima mahasiswi berbaju kimono warna-warni tertawa kegirangan saat mengamati layar kamera digital di tangan salah satu temannya. Mereka baru saja rampung berpose bareng di depan kamera dengan latar belakang rona taman saat musim gugur Jepang yang penuh dengan bunga sakura berwarna merah jingga.
Lokasi selfie dengan lanskap khas Jepang ini berjejer di salah satu ruang di lantai satu Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM), pada Kamis, 3 September 2015. Tempat-tempat selfie, yang dilengkapi dengan peminjaman busana kimono, itu juga ada yang menampilkan taman bunga sakura di musim dingin dan semi di Jepang.
Fasilitas selfie ini merupakan salah satu lokasi paling ramai di hari pertama Festival Jogja-Japan Week Ketiga di UGM pada Kamis siang. Di tempat lain, situasi ruang utama lantai satu GSP UGM, terlihat berbeda. Triatmi, perempuan 49 tahun asli Yogyakarta sedang sibuk bersama belasan pengunjung lain berlatih kerajinan tangan Oshie. Dia mengaku datang ke Jogja-Japan Week hari pertama bersama putrinya yang merupakan mahasiswa tingkat akhir di UGM. "Oshie ini menarik, tapi sejaman latihan saya bisa buat kupu-kupu setengah jadi," kata dia.
Oshie merupakan kerajinan tangan tradisional asal Kota Kobe, Jepang. Kerajinan ini menghasilkan lukisan tiga dimensi menggambarkan beragam benda dan figur manusia. "Harus telaten, tapi asik," kata Triatmi.
Cara membuat kerajinan Oshie ialah dengan mengelem kertas dan gabus dengan lapisan kain warna-warni menjadi beragam bentuk dengan tekstur sesuai desain gambar. Potongan-potongan dengan beragam bentuk itu ketika digabungkan bisa menjadi lukisan tiga dimensi bergambar kucing, wanita jepang berkimono, anak kecil, bunga dan lainnya.
Ketua Panitia Festival Jogja-Japan Week 2015, Fitriani Kuroda mengatakan Oshie hanya salah satu dari 28 jenis kerajinan tangan tradisional Jepang yang ditampilkan di GSP UGM mulai Kamis sampai Ahad mendatang. Setiap pengunjung festival, dia mengimbuhkan, akan diajak berlatih membuat beragam kerajinan itu. "Ada origami, oshie, kurimie (membuat boneka), kurosiki (merangkai bungkus barang khas jepang) dan lainnya," kata dia.
Fitriani menjelaskan festival ini dibuat lebih meriah dari sebelumnya karena tahun ini usia kerja sama siter city antara Yogyakarta dan Kyoto sudah berusia 30 tahun. Kali ini, ada 120 kelompok ahli kerajinan dan kesenian tradisional Jepang datang ke festival. "Mereka dari prefektur Kyoto, Kobe, Iwate, Osaka dan Yamanashi," kata Fitriani.