3 Tahun Keistimewaan DIY, Aturan Pertanahan Digugat

Reporter

Rabu, 2 September 2015 19:49 WIB

ANTARA/Noveradika

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejak disahkannya Undang-Undang Keistimewaan pada 2012, keistimewaan Yogyakarta ternyata masih menyisakan masalah, terutama berkaitan dengan pertanahan. Dalam diskusi tentang urgensi pengaturan tanah kasultanan dan pakualaman, yang digelar pada Selasa, 1 September 2015, sejumlah elemen masyarakat menggugat kebijakan keraton dan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ketua Gerakan Anak Negeri Anti-Diskriminasi Willy Sebastian menilai aturan pertanahan yang ada di Yogyakarta bersifat diskriminatif. Willy merujuk pada Instruksi Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor K.898/I/A/1975 tentang Penyeragaman Policy Pemberian Hak atas Tanah Kepada Seorang WNI Non-Pribumi.

Meski sudah mendapat peringatan keras dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, pemerintah DIY masih mempertahankan aturan tersebut. Aturan yang dibuat dibuat Gubernur DIY kala itu, Pakualam VIII, membuat warga keturunan Tionghoa di DIY sampai sekarang tak bisa memiliki tanah dengan status hak milik dan merasa terus dinomorduakan.

Sebagai keturunan Tionghoa, ia merasa menjadi bagian dari kelompok yang masih terdiskriminasi atas kebijakan itu. Pihaknya pun telah mengadukan beleid diskrimiatif tersebut kepada Presiden Joko Widodo, Komnas HAM, dan Badan Pertanahan Nasional Pusat.

Komnas HAM pun sudah dua kali mengirim tuntutan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X agar segera mencabut aturan itu. BPN Pusat juga telah tiga kali menegur BPN DIY agar tak mengacu pada kebijakan tersebut, melainkan pada Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960, terutama Diktum 4.

Aturan berbentuk instruksi kepala daerah tahun 1975 itu pun seharusnya otomatis gugur dengan landasan lebih kuat, di antaranya kebijakan Sultan HB IX yang mengeluarkan Peraturan Daerah DIY Nomor 3 Tahun 1984, yang intinya menyebutkan, sejak DIY bergabung dengan NKRI, segala aturan pertanahan DIY akan mengacu pada UU Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

Perwakilan masyarakat pesisir selatan Pantai Parangkusumo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, juga memprotes aturan pertanahan di DIY. Mereka meminta pemerintah DIY tak serta-merta menggunakan UU Keistimewaan untuk memonopoli pertanahan dengan status Sultan dan Pakualaman Ground. “Warga di pesisir Parangkusumo resah atas upaya penggusuran,” ujar Watin, perwakilan warga pesisir Parangkusumo.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Tavip Agus Riyanto menuturkan pemerintah DIY tak menutup mata atas persoalan tersebut. “Aspirasi soal diskriminasi tanah ini menjadi pekerjaan rumah panjang bagi pemerintah, dan DIY tetap bagian NKRI,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

3 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

11 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

14 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

14 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

25 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

29 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

49 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

55 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya