Dana Aspirasi Parlemen Rp 11,2 Trilun, Ini Kata LSM

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 11 Juni 2015 06:10 WIB

Sidang paripurna DPR tandingan yang digelar oleh fraksi-fraksi kubu Koalisi Indonesia Hebat di ruang KK 2, kompleks gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Jumat, 31 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO , Jakarta: Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Yenny Sucipto, menilai dana aspirasi senilai Rp 11,2 triliun yang akan dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2016 sangat rentan jadi bancakan di Dewan Perwakilan Rakyat. Meski tak tunai ke setiap anggota parlemen, Fitra menuding tak ada jaminan mekanisme dan pelaksanaan yang tepat.

"Parlemen sekarang sedang menggodok aturan yang bakal menguatkan, itu berarti mereka sebenarnya mencari-cari saja. Dana aspirasi bakal jadi bancakan di DPR dan bagi-bagi di kementerian," kata Yenny, Rabu, 10 Juni 2015.

Yenny menambahkan, parlemen sebenarnya tak memiliki dasar yang kuat soal urgensi pembentukan dana aspirasi. Selain itu, tak ada tolak ukur dan perhitungan yang jelas hingga keluar angka peruntukan sekitar Rp 15 hingga 20 miliar per anggota parlemen.

Fitra menolak alasan parlemen soal dana aspirasi bakal jadi cara pemerataan pembangunan karena peruntukkan dana per daerah pemilihan. Pasalnya, sekitar 300 dari 560 anggota parlemen berasal daerah pemilihan di Pulau Jawa dengan nilai lebih dari Rp 6 triliun, yang berarti masyarakat di pulau lain akan mendapat jatah lebih kecil.

"Contoh, tingkat kemiskinan di Jakarta sekitar 18 persen tapi memiliki tujuh anggota dewan dengan dana Rp 140 miliar. Sedangkan di Maluku dengan tingkat kemiskinan 30 persen hanya memperoleh Rp 80 miliar dari empat anggota dewan," kata Yenny.

Menurut Yenny, dana aspirasi yang dilekatkan dengan sejumlah program transfer fiskal dari pusat ke daerah juga cenderung tumpang tindih. Salah satu contohnya, soal klaim dana tersebut akan disalurkan dari pemerintah kabupaten ke desa. Mekanisme ini jelas bertumpukan dengan dana desa yang tengah digodok dan akan dicairkan Kementerian Keuangan.

"Daripada dana aspirasi yang tak jelas peruntukkannya, lebih baik dewan memperjuangkan soal kedaulatan pangan dan peningkatan anggaran kesehatan," kata Yenny.

Selain rentan bancakan, peneliti Indonesia Budget Center Roy Salam, juga menilai ada tiga potensi masalah lainnya, yaitu belum ada pengaturan detil skema operasional pelaksanaan dan pertanggungjawabannya, benturan kewenangan pengelolaan APBN antara pemerintah dengan DPR, dan sarat kepentingan politis yang berpotensi mengabaikan prinsip performance budgeting. Dana aspirasi hanya akan melemahkan fungsi pengawasan DPR.

"Terlebih dulu perjelas pengaturan mengenai transparansi dan akuntabilitas. Perjelas juga ruang lingkup atau batasan dari segi jumlah dan anggaran serta tolak ukur kinerjanya," kata Roy.

FRANSISCO ROSARIANS




DPR

Berita terkait

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

15 jam lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

20 jam lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

22 jam lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

1 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

2 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

5 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

5 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

5 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

6 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya