Presiden Joko Widodo berada di dalam mobil setelah tiba di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, 23 Mei 2015. Jokowi beserta keluarga pulang ke Solo untuk mempersiapkan pernikahan putra sulungnya Gibran Rakabuming dengan Selvi Ananda Putri. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
TEMPO.CO, Solo - Presiden Joko Widodo enggan mengomentari isu beredarnya beras plastik yang tengah ramai dibicarakan beberapa pekan belakangan. Dia memilih menunggu laporan akhir dari sejumlah lembaga yang tengah melakukan penelitian.
"Kalau sudah ada kesimpulan, baru kita bisa bicara," kata Jokowi dalam hari bebas kendaraan di Jalan Slamet Riyadi Solo, Jawa Tengah, Ahad, 24 Mei 2015. Beras yang menghebohkan itu tengah diuji laboratorium di Institut Pertanian Bogor, Balai Pengawasan Obat dan Makanan, serta PT Sucofindo. (Baca: 2 Kejanggalan Kasus Beras Plastik)
Pemerintah tengah melakukan uji laboratorium sekaligus mendalami kasus tersebut. "Yang paling penting adalah mencari solusi beredarnya beras plastik," kata Jokowi. Dia meminta semua pihak menahan diri dan tidak membesar-besarkan masalah tersebut.
Motif peredaran beras plastik tersebut juga harus diungkap. "Beras plastik ini kan di luar logika," katanya. Sebab, berdasarkan informasi dari sejumlah ahli, harga plastik jauh lebih mahal dibanding harga beras. "Harus jelas, peredarannya hanya di satu warung atau memang di Bekasi," katanya. (Baca: Diduga Ada Oknum Bermain dalam Peredaran Beras Sintetis)
Kasus beras palsu terungkap di Bekasi, Jawa Barat. Hasil pengujian yang dilakukan PT Sucofindo terhadap sampel beras dari Pasar Tanah Merah, Bekasi, menemukan adanya tiga senyawa plastik. Yakni BBP (benzyl butyl phthalate), DEHP (bis (2-ethylhexyl phthalate)), dan DINP (diisononyl phthalate).