JK: Kalau Dapat Rp 1 Triliun, Semua Bikin Partai  

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Selasa, 10 Maret 2015 13:02 WIB

Wapres Jusuf Kalla (kanan) bersiap memberikan keterangan pers dengan disaksikan Presiden Joko Widodo (tengah) dan Mendagri Tjahjo Kumolo (kiri) seusai rapat koordinasi tahap kelima dengan walikota seluruh Indonesia di Istana Bogor, Jabar, 20 Februari 2015. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan besaran subsidi untuk partai tak bisa dipukul rata. Besaran dana, kata JK, harus dihitung proporsional. "Saya kira harus dihitung berdasarkan jumlah kursi atau pemilih, bukan rata-rata," kata Kalla di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2015.

Menurut Kalla, bila subsidi Rp 1 triliun diperoleh dari pembagian rasio penduduk dan jumlah pemilih, hal itu tidak apa-apa. Asalkan, kata dia, jumlah subsidinya tidak dipukul rata untuk semua partai. "Kalau semua partai dapat Rp 1 triliun, nanti semua orang bikin partai," katanya.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mewacanakan dana penyelenggaraan partai sebesar Rp 1 triliun yang diambil dari anggaran pendapatan dan belanja negara. Mantan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan itu memperkirakan lewat cara ini potensi korupsi lewat kader partai dapat diminimalkan.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyatakan praktek dugaan korupsi tak bakal hilang meski pemerintah mensubsidi Rp 1 triliun per partai. "Karena bukan masalah kecukupan dana, tapi masalah penegakan hukum," kata dia saat dihubungi, Selasa, 10 Maret 2015.

Yunarto mencontohkan renumerasi birokrasi di lingkungan pegawai negeri sipil yang tidak memudarkan praktek korupsi di lembaga pemerintahan. Menurut Yunarto, seharusnya partai mendorong para anggotanya untuk mengumpulkan iuran sebagai pembiayaan mandiri partai.

Apalagi untuk partai besar yang kerap mengklaim jumlah anggotanya terdiri atas 10 juta orang, bahkan lebih. "Kalau per orang membayar iuran Rp 5.000 saja, per tahun bisa terkumpul sekitar Rp 250 miliar. Belum lagi iuran dari anggota DPR," ujar Yunarto.

Yunarto menyarankan partai membenahi sistem transparansi dan politik terlebih dahulu untuk meningkatkan kepercayaan publik. Bila kepercayaan publik sudah terbentuk, bisa saja pembiayaan partai dari APBN lebih besar. "Kondisi sekarang tidak masuk akal. Tingkat kepercayaan publik sangat rendah."

TIKA PRIMANDARI | DEWI SUCI RAHAYU

Berita terkait

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

7 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

8 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

10 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

11 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

22 hari lalu

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.

Baca Selengkapnya

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

22 hari lalu

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

22 hari lalu

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

Anies Baswedan bersamuh dengan Jusuf Kalla pada hari pertama Lebaran. Mengaku tak bicara soal politik.

Baca Selengkapnya

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

22 hari lalu

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) akan merayakan hari raya Idul Fitri 1445 H atau 2024 M di Jakarta. Rencananya, JK juga akan menerima kunjungan para kolega di kediaman pribadinya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Lebaran, Anies Baswedan Gelar Open House di Rumahnya hingga Sowan ke JK

23 hari lalu

Lebaran, Anies Baswedan Gelar Open House di Rumahnya hingga Sowan ke JK

Calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan, bakal merayakan lebaran tahun ini di Jakarta. Rencananya, Anies akan salat id di masjid dekat rumahnya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Setelah itu, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut akan bersilaturahmi dengan tokoh-tokoh partai politik pengusungnya dan para politikus senior.

Baca Selengkapnya

Arti 9 Pilar di Gedung MK, Begini Sejarah Pembangunannya 17 Tahun Lalu

40 hari lalu

Arti 9 Pilar di Gedung MK, Begini Sejarah Pembangunannya 17 Tahun Lalu

Di depan Gedung MK terdapat 9 pilar besar, apa artinya? Ini riwayat pembangunannya di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.

Baca Selengkapnya