Membedah 3 Gebrakan Jokowi di 100 Hari Kerja

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Rabu, 28 Januari 2015 15:27 WIB

Presiden Jokowi (kedua kiri) berbincang dengan Ketum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (ketiga kiri) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) pada acara HUT PDIP ke-42 di Kantor DPP PDIP, Jakarta, 10 Januari 2015. ANTARA/Muhammad Adimaja

TEMPO.CO, Jakarta - Imbas kasus KPK versus Polri dan polemik pencalonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Polri membuat penilaian keberhasilan seratus hari Presiden Joko Widodo dianggap jeblok. Sejauh ini, penilaian kinerja kabinet Jokowi dilihat dari ketidakberhasilan Jokowi menjalankan pemerintahan karena ada campur tangan partai politik.

Pada awal pemerintahan, Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah mengingatkan tak ada target seratus hari kerja. Menurut Kalla, pemerintahan hanya menyiapkan target lima tahunan sesuai dengan masa jabatan. "Kabinet target kerjanya per lima tahun, tak ada seratus hari," kata Kalla di kompleks Istana Kepresidenan, Senin, 27 Oktober 2014. Berikut ini tiga “gebrakan” Jokowi selama seratus hari menjadi Presiden RI ketujuh.

Naik-Turun Harga BBM
Dibandingkan era Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Jokowi lebih cepat menaikkan BBM. SBY baru menaikkan BBM lima bulan setelah dilantik. Sedangkan Jokowi sudah menaikkan harga BBM pada 17 November 2014. Harga Premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 8.500 per liter. Turut naik juga harga solar menjadi Rp 7.500 per liter dari sebelumnya Rp 5.500 per liter.

Dengan semakin turunnya harga minyak dunia, Jokowi pada 1 Januari 2015 menurunkan harga BBM. Harga Premium dari Rp 8.500 per liter menjadi Rp 7.600 per liter, dan harga solar menjadi Rp 7.250 dari sebelumnya Rp 7.500.

Belum sampai sebulan, Jokowi kembali menurunkan BBM. Pada 16 Januari 2015, Jokowi mengumumkan harga Premium turun menjadi Rp 6.600 dari Rp 7.600 per liter. Harga solar pun diturunkan menjadi Rp 6.400 dari Rp 7.250 per liter.

Dengan turunnya harga minyak dunia, otomatis besaran subsidi BBM yang diajukan tahun ini sebesar Rp 56 triliun, atau turun drastis ketimbang tahun lalu yang mencapai Rp 276 triliun. Kabar baik itu membuat pembangunan infrastruktur bisa digenjot.

Tiga kementerian mendapat tambahan anggaran terbesar, yakni Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp 33 triliun, Kementerian Perhubungan Rp 20 triliun, dan Kementerian Pertanian Rp 16 triliun. Belanja infrastruktur pemerintah juga meningkat dari Rp 190 triliun menjadi Rp 290 triliun. Dana desa juga meningkat dari Rp 9 triliun menjadi Rp 20 triliun.

Selanjutnya: Benar-Salah Penyusunan Kabinet
<!--more-->
Susunan Kabinet
Soal penyusunan kabinet, Jokowi terbilang maju dan mundur. Kemajuan terjadi saat Jokowi melibatkan KPK dan PPATK dalam menentukan nama calon menteri. Tindakan itu juga dilakukan Jokowi tanpa konsultasi dengan partai-partai pendukungnya. Dengan demikian, beberapa nama yang disodorkan terpaksa dicoret karena diberi tanda merah atau kuning oleh KPK. Akhirnya, wakil dari parpol berjumlah 15 orang.

Meski demikian, Presiden Jokowi dikritik ketika memilih politikus Nasional Demokrat, Muhammad Prasetyo, untuk menduduki kursi Jaksa Agung. “Kami mencurigai ada politik bagi-bagi kursi di kalangan partai pendukung sehingga Prasetyo bisa terpilih,” ujar Koordinator Divisi Monitoring Bidang Hukum Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho.

Selanjutnya: Presiden Blusukan
<!--more-->
Presiden Blusukan
Selain kunjungan ke luar negeri, Jokowi juga mengunjungi sejumlah daerah di Tanah Air. Dua hari setelah melantik para menteri kabinet, Jokowi melakukan kunjungan pertamanya ke pengungsian Sinabung, Sumatera Utara.

Kunjungan itu berbeda dengan kunjungan pejabat sebelumnya. Kali ini Jokowi dianggap merepotkan karena kerap tidak mengikuti protokol. Hasilnya, Jokowi berhasil menemukan beberapa tempat pengungsian dan mendengar langsung permintaan warga.

Menteri Kehutanan yang diajak Jokowi akhirnya bisa mempercepat pengurusan izin bagi relokasi pengungsi yang berlarut. “Tadi sudah saya telepon langsung menterinya dan saya perintahkan selesai dalam waktu dua hari,” ujar Jokowi.

Beberapa kali kunjungan Presiden dilakukan tanpa penyambutan besar-besaran. Salah satunya ketika Jokowi berkunjung ke Kalimantan Barat pada 20-21 Januari 2015. "Terus terang, Pemda Kalbar tidak merasa sama sekali diberatkan dalam anggaran untuk kedatangan Presiden," kata Kepala Humas Pemprov Kalimantan Barat J. Numsuan. Biasanya, Pemda menyiapkan sampai angka miliaran untuk pemasangan baliho-baliho, makanan dan minuman, serta protokol lainnya.

EVAN | PDAT (Sumber Diolah Tempo)

Topik terhangat:

Budi Gunawan | Bambang Widjojanto | Tabrakan Pondok Indah | AirAsia

Berita terpopuler lainnya:
Diminta Jokowi Mundur, Budi Gunawan Menolak
Politikus PDIP: Jokowi Bisa 'Game Over'
Golkar Barter Lapindo dengan Budi Gunawan?

Berita terkait

Presidential Club Bentukan Prabowo Bisa Buka Peluang Jokowi Cawe-cawe di Pemerintahan Mendatang?

2 jam lalu

Presidential Club Bentukan Prabowo Bisa Buka Peluang Jokowi Cawe-cawe di Pemerintahan Mendatang?

Adapun rencana membentuk Presidential Club diungkap oleh juru bicara Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Baca Selengkapnya

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

2 jam lalu

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

2 jam lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

2 jam lalu

Habiburokhman Sebut Ide Prabowo Bikin Presidential Club Sudah Sejak 2014

Prabowo disebut memiliki keinginan untuk secara rutin bertemu dengan para presiden sebelum dia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Beri Dua Catatan di Rapat Evaluasi Mudik Lebaran 2024

3 jam lalu

Jokowi Beri Dua Catatan di Rapat Evaluasi Mudik Lebaran 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya mengatakan 242 juta masyarakat melakukan perjalanan mudik lebaran tahun ini.

Baca Selengkapnya

Dahnil Anzar Yakin Prabowo Bisa Cairkan Komunikasi Jokowi-Megawati-SBY

3 jam lalu

Dahnil Anzar Yakin Prabowo Bisa Cairkan Komunikasi Jokowi-Megawati-SBY

Dahnil menilai Prabowo punya kemampuan untuk menghubungkan mereka.

Baca Selengkapnya

Jokowi dan Gibran Kompak Bilang Begini soal Wacana Presidential Club Usulan Prabowo

3 jam lalu

Jokowi dan Gibran Kompak Bilang Begini soal Wacana Presidential Club Usulan Prabowo

Wacana presidential club yang sebelumnya disampaikan Juru Bicara Prabowo mendapat respond dari Jokowi dan Gibran.

Baca Selengkapnya

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

4 jam lalu

Fakta Miris Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis, Menkes: Jadi Masalah Hampir 80 tahun

Jokowi menyebut pemerintah baru mampu mencetak 2.700 dokter spesialis per tahun. Sementara pemerintah membutuhkan 29 ribu dokter spesialis.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

6 jam lalu

Jokowi: Harus Ada Timbal Balik Ekonomi dari Program Pemerintah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 sesuai dengan program pembangunan yang telah direncanakan

Baca Selengkapnya

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

7 jam lalu

Jokowi Curhat Alat Kesehatan di Daerah Tersedia, tapi Minim Dokter Spesialis

Presiden Jokowi menyayangkan daerah kepulauan maupun daerah terpencil dia tak menemukan tenaga dokter spesialis.

Baca Selengkapnya