Kapolri Jenderal Polisi Sutarman menghadiri upacara pemberangkatan Satgas FPU Indonesia VII Garuda Bhayangkara di Lapangan Baharkam Mabes Polri, Jakarta, 26 November 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Sutarman, mengatakan instansinya selalu dituntut menyelesaikan bentrokan Brimob dan TNI di Batam, Kepulauan Riau. Padahal, menurut Sutarman, Kepolisian yang menjadi korban dalam kasus.
"Kenapa kami yang dituntut menyelesaikannya? Kami yang jadi korban," kata Sutarman saat memaparkan laporan akhir tahun 2014 di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 30 Desember 2014. (Baca: Tentara-Polisi Bentrok, Akmil-Akpol Akan Dilebur )
Bentrok Brimob dan TNI terjadi pada Rabu malam, 19 November 2014. Peristiwa itu menyebabkan tewasnya anggota TNI Yonif 134, Prajurit Kepala Jack Marpaung. Jack terkena tembakan di bagian dada. Akhirnya, kedua instansi tersebut akhirnya membentuk tim investigasi gabungan. (Baca: BentrokTNI-Polri, Pangdam Bukit Barisan Dicopot )
Menurut Sutarman, Kepolisian selama ini selalu mengalah dalam sejumlah kasus yang melibatkan TNI. Padahal, kata Sutarman, masalahnya bukan di
Kepolisian. "Contohnya di Batam dan Sumatera Selatan dan Sumatera Utara," ujar mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri itu.
Untuk mencegah terjadinya bentrok, Polri dan TNI akan mengadakan pendidikan bersama di Magelang pada 2015 mendatang. Pendidikan itu diisi dengan materi karakter bangsa dan kedisiplinan. Hanya perwira Polri dan TNI yang mengikuti pendidikan ini.