Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO,Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menghadiri upacara peringatan Hari Bela Negara di silang selatan Monumen Nasional, Jakarta, Jumat, 19 Desember 2014. Upacara dipimpin oleh binaragawan Ade Rai, yang punya nama lengkap Gusti Agung Kusuma Yudha Rai.
Ahok yang mengenakan busana koko putih dan celana panjang hitam duduk sejajar dengan para menteri. Di samping kiri Ahok, duduk Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera Yuddy Chrisnandi. Adapun deretan kursi di sebelah kanannya berturut-turut diisi Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. (Baca: Kemenhan Masukkan Bela Negara ke Kurikulum Sekolah)
Tepat di belakang tempat duduk Ahok, ada Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman dan sejumlah pejabat lain. Menurut Ahok, bela negara tidak hanya diwajibkan untuk tentara. "Kita harus sadar bahwa bela negara wajib buat semua warga," ucap Ahok.
Upacara bela negara ini berkaitan dengan peringatan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948. Peristiwa ini menandai penyerbuan kedua Belanda ke wilayah Republik Indonesia seusai proklamasi kemerdekaan. Pemerintah Belanda berkeras menyebut penyerbuan ini sebagai "Aksi Polisionil". Belanda berdalih, peristiwa tersebut bukan agresi militer.
Dalam buku-buku sejarah diceritakan bahwa pada 1947 Belanda melancarkan agresi militer I tak lama setelah Perjanjian Linggarjati ditandatangani. Seperti istilah yang diberikan untuk Agresi Militer II pada 19 Desember 1948, Belanda menyebut serangan ini sebagai “Aksi Polisionil”.
Target utama Agresi Militer Belanda II yaitu Yogyakarta, dimulai dari Lapangan Terbang Maguwo (kini Bandar Udara Adisutjipto, wilayah timur Kota Yogyakarta).