Rupiah Kritis, SBY: Jangan Beri Angin Surga

Reporter

Kamis, 18 Desember 2014 09:32 WIB

Mantan Presiden SBY dan putranya Edhie Baskoro Yudhoyono meninggalkan Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono berbagi pengalaman menghadapi krisis ekonomi saat sepuluh tahun memimpin Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya sering disebut SBYNomics. (Baca: SBY Minta Rakyat Tak Salahkan Jokowi)

"Tekanan ekonomi ini ada yang sifatnya global, ada juga yang bersifat nasional," cuit SBY melalui akunnya, @SBYudhoyono, yang diakses Tempo, Kamis, 18 Desember 2014. (RupiahJeblok, SBY Bela Jokowi)

Faktor global dipengaruhi kebijakan bank sentral AS, turunnya pertumbuhan Cina, dan stagnasi ekonomi Eropa. Sedangkan faktor nasional seperti adanya defisit perdagangan dan anjloknya nilai ekspor kelapa sawit, batu bara, dan lainnya.

Pada Oktober 2013, ia telah meramalkan Indonesia sebagai emerging countries akan menghadapi tantangan. Antara lain berupa perlambatan pertumbuhan serta jatuhnya harga komoditas pertanian dan mineral. Ia berpikir, era dolar murah sudah usai dan memperkirakan nilai rupiah menembus Rp 12 ribu per dolar Amerika Serikat. (Baca: Rupiah Jeblok, SBY Curhat di Twitter)

"Itulah sebabnya saya tetapkan pertumbuhan yang realistis 5-6 persen, tak memberikan angin surga sampai 7 persen," cuit SBY. (Rupiah Loyo, Jokowi Panggil Menteri ke Istana)

Hal ini disebabkan nilai rupiah Indonesia yang ditentukan oleh faktor supply dan demand, kebijakan moneter bank sentral AS, dan juga spekulasi pasar. Dengan demikian, SBY tak berani menargetkan pertumbuhan tinggi. Namun situasi perekonomian global tetap menekan investasi di Indonesia, kendati iklim, perizinan, dan infrastruktur terus diperbaiki.

"Karenanya, sumber pertumbuhan yang sungguh dijaga adalah konsumsi rumah tangga dan pembelanjaan pemerintah," kata SBY. (Beda Cara Jokowi dan SBY Meredam Rupiah Jeblok)

Langkah itu ditempuh dengan cara menaikkan harga bahan bakar minyak pada 2013 lalu. Cara ini, menurut dia, dilakukan agar bisa menghemat anggaran hingga Rp 43 triliun. Ia mengatakan, ketika terjadi kenaikan harga, maka secara moral, sosial, dan ekonomi, pemerintah wajib membantu golongan miskin. "Dengan demikian sektor riil tetap bergerak dan tak perlu ada PHK, karena barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah tetap dibeli rakyat." cuit SBY.

SBY mengatakan, apabila caranya dinilai salah oleh pemerintah Joko Widodo, ia mempersilakan pemerintah mencari solusi lain yang cocok. Namun ia meminta pemerintah untuk tak menyalahkannya atas krisis yang terjadi saat ini. "Itulah yang dulu saya lakukan, selamat bekerja. Insya Allah bapak dan ibu yang sedang mengemban amanah bisa juga sukses," katanya. (Baca: Jokowi: Rupiah Jeblok, Industri Bisa Dapat Untung)

TIKA PRIMANDARI




Terpopuler:
Imam Prasodjo Ucapkan Innalillahi... pada KPK
Ini Daftar Peneliti Paling Luar Biasa Indonesia
Begini Pembubaran Nonton Film Senyap di AJI Yogya
Ditanya Rekening Gendut, Aher: Saya Enggak Punya!
Ormas Larang ISI Yogya Putar Film Senyap


Advertising
Advertising

Berita terkait

Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu, Jembatan Terpanjang di Indonesia

16 Januari 2023

Sejarah Pembangunan Jembatan Suramadu, Jembatan Terpanjang di Indonesia

Selain salah satu ikon Jawa Timur, Jembatan Suramadu juga menyambungkan hidup antara dua pulau. Simak sejarah singkat berdirinya jembatan tersebut.

Baca Selengkapnya

3 Minggu Berdiam di Studionya, SBY Hasilkan 17 Lukisan

11 Oktober 2022

3 Minggu Berdiam di Studionya, SBY Hasilkan 17 Lukisan

SBY mengungkapkan dengan melukis dapat mendatangkan kedamaian dalam hatinya sekaligus berharap dapat mengobati rasa rindu.

Baca Selengkapnya

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

22 September 2022

Suciwati Gugat Kebungkaman Jokowi dan Partai Politik dalam Kasus Munir dan Pelanggaran HAM

Mengapa Suciwati kecewa cara penyelesaikan kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM berat lain di era Jokowi?

Baca Selengkapnya

Proliga 2022: Begini Kata SBY Usai Saksikan Bogor LavAni Kalahkan Kudus Sukun

8 Januari 2022

Proliga 2022: Begini Kata SBY Usai Saksikan Bogor LavAni Kalahkan Kudus Sukun

SBY ikut menyaksikan kemennagan Bogor LavAni atas Kudus Sukun Badak dalam laga Proliga 2022 di Sentul, Sabtu, 8 Januari.

Baca Selengkapnya

Proliga 2022: Didirikan SBY, Bogor LavAni Diperkuat Banyak Pemain Binaan Sendiri

6 Januari 2022

Proliga 2022: Didirikan SBY, Bogor LavAni Diperkuat Banyak Pemain Binaan Sendiri

Bogor LavAni, yang didirikan SBY, bakal melakukan debut dalam kompetisi bola voli paling bergengsi PLN Mobile Proliga 2022.

Baca Selengkapnya

Ketahui Apa Saja Gejala Kanker Prostat

2 November 2021

Ketahui Apa Saja Gejala Kanker Prostat

Kanker prostat menyasar pria dewasa sampai berusia lanjut. Apa saja gejala kanker prostat?

Baca Selengkapnya

Kanker Prostat Adalah Populer Sejak Muncul Kabar SBY Akan Berobat ke Luar Negeri

2 November 2021

Kanker Prostat Adalah Populer Sejak Muncul Kabar SBY Akan Berobat ke Luar Negeri

Sejak tersiar kabar Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY mengidap kanker prostat, masyarakat mencari tahu kanker prostat adalah.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat DKI Siap Lawan Upaya Makar terhadap AHY

4 Februari 2021

Partai Demokrat DKI Siap Lawan Upaya Makar terhadap AHY

Taufik menuturkan DPD Partai Demokrat dan DPC Demokrat wilayah di DKI telah meneken surat kesetiaan dan kebulatan tekad untuk setia dan mendukung AHY.

Baca Selengkapnya

Moeldoko: SBY Pernah Jadi Atasan Saya, Senior yang Sangat Saya Hormati

4 Februari 2021

Moeldoko: SBY Pernah Jadi Atasan Saya, Senior yang Sangat Saya Hormati

Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengaku sangat menghormati mantan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

Baca Selengkapnya

AHY Bikin Surat Cinta di Hari Ultah Ani Yudhoyono: Rindu Kami

6 Juli 2020

AHY Bikin Surat Cinta di Hari Ultah Ani Yudhoyono: Rindu Kami

AHY mempersembahkan hadiah ulang tahun berupa kompilasi video yang berisikan cuplikan kenangan manis bersama Ani Yudhoyono semasa hidupnya.

Baca Selengkapnya