TEMPO.CO, Jakarta - Kasus pembunuhan aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib telah memasuki tahun ke-18 tapi sejauh ini tak ada perkembangan yang berarti. Kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia berat lain juga sama-sama macet.
Suciwati, istri almarhum Munir, menilai saat ini tidak ada partai oposisi yang berani mempertanyakan penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat, termasuk penyelesaian lewat jalur non-yudisial yang dipilih pemerintah. "Partai-partai lebih sibuk untuk tetap berkuasa. Isu hak asasi manusia hanya menjadi batu loncatan untuk berkuasa, termasuk Jokowi dengan Nawa Cita-nya," katanya dalam Aksi Kamisan di seberang Istana Negara, Jakarta, pada Kamis, 15 September 2022.
Kasus Munir masih meninggalkan banyak pertanyaan. Petinggi Garuda dan Badan Intelijen Negara (BIN) diduga kuat terlibat dalam pembunuhan ini. Namun, hanya Pollycarpus Budihari Priyanto, pilot Garuda, yang akhirnya dihukum penjara. Muchdi Pr, pejabat di BIN, pernah diadili tapi kemudian dibebaskan oleh hakim. Kejaksaan Agung tak mengajukan kasasi atas putusan bebas Muchdi, meskipun Komisi Nasional Hak Asasi Manusia merekomendasikan pengadilan tersebut diulang.
Suciwati mengaku kecewa atas proses hukum kasus ini. Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (Kasum) lalu dibentuk guna mengadvokasi kasus Munir. Ancaman dan teror datang silih berganti untuk membuat Suciwati berhenti tapi ia tak kendur. "Aku sejak awal sama almarhum itu sudah bilang bahwa mati-hidup kita bukan urusan manusia," ujarnya dalam wawancara dengan Tempo pada Sabtu, 10 September lalu.
Menurut Suciwati, berbagai kesaksian di pengadilan sudah terang benderang menunjukkan keterlibatan BIN tapi hal itu tidak ditindaklanjuti. Setelah pengadilan Muchdi, kasus ini mandek. Dia juga kecewa dengan penanganan kasus di masa presiden Susilo Bambang Yudhoyono maupun Joko Widodo.
Bagaimana sikap Suciwati terhadap pembentukan tim ad hoc kasus Munir oleh Komnas HAM dan tim non-yudisial untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM oleh Presiden Jokowi? Apa saja ancaman dan tekanan yang diterimanya selama ini? Pollycarpus ternyata pernah meneleponnya. Apa yang dikatakan Pollycarpus?
Baca jawaban blak-blakan Suciwati di Majalah Tempo: Suciwati: Sampai Mati, Saya Tak Akan Menyerah