Seorang siswi menunjukan buku pelajaran baru kurikulum 2013 di SMA 68 Jakarta (15/07). Di mulai hari ini Kemendikbud menerapkan kurikulum baru 2013 saat seluruh siswa dan siswi masuk sekolah hari pertama. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan penerbit buku yang tergabung dalam Persatuan Pusat Grafika Indonesia (PPGI) menunggu kepastian dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, pascakeputusan menghentikan kurikulum 2013. Ketua PPGI Jimmy Junianto khawatir keputusan mendadak Menteri Anies tersebut membuat sekolah-sekolah tak mau membayar buku. (Menteri Anies: Buku Kurikulum2013 Tetap Dibagikan)
"Kami perlu kepastian dari Menteri Pendidikan agar sekolah-sekolah bisa bersikap," ujar Jimmy ketika dihubungi, Sabtu, 13 Desember 2014. Menurut dia, proses pencetakan buku untuk semester dua sudah berjalan sekitar 50 persen. Dia juga berupaya meminta waktu bertemu Menteri Anies untuk mendapatkan kepastian. Tapi belum ada jawaban. (Plus-Minus Kurikulum2013 Versi Dewan Pendidikan)
Saat ini, kata dia, buku-buku tersebut sudah masuk tahap pembuatan berita acara untuk kemudian didistribusikan. Sisanya, sekitar 50 persen, menurut Jimmy dilaksanakan pada Januari-Maret 2014 sesuai payung kontrak. (Anies: Mau Pakai Kurikulum2013, Silakan)
Dia masih gamang apakah buku-buku tersebut akan dibayar oleh pihak sekolah karena kebijakan Menteri Anies menghentikan kurikulum 2013. "Pasti sekolah berpikir untuk apa membayar kalau tidak digunakan," kata Jimmy. Sesuai payung kontrak, nilai percetakan semester 2 ini sekitar Rp 2,1 triliun. (Tahun Ini Semua Sekolah Terapkan Kurikulum2013)
Ia menceritakan pembayaran buku pada semester 1. Dari 96 persen yang sudah didistribusikan, kata Jimmy, baru 48 persen yang dibayar. Nilai kontrak percetakan buku pada tahap pertama ini sebesar Rp 3,2 triliun.