Nasib ABK Oryong, Tertipu dan Kandas di Laut Rusia  

Reporter

Kamis, 4 Desember 2014 09:17 WIB

Jayanti (kiri) menunjukkan foto pernikahannya dengan Abdullah, anak buah kapal (ABK) Oryong 501, di rumahnya di Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, 3 Desember 2014. Senin lalu, kapal Oryong 501 yang berbendera Korea Selatan itu tenggelam di perairan Rusia. TEMPO/Dinda Leo Listy

TEMPO.CO, Brebes - Tenggelamnya kapal ikan Oryong 501 di Laut Bering, Rusia, menyisakan kisah pilu di Indonesia. Salah satunya bagi keluarga Abdullah, anak buah kapal (ABK) Oryong 501 yang berasal dari Brebes, Jawa Tengah. Hingga kini, Abdullah belum ditemukan oleh tim penyelamat. (Baca: Keluarga ABK Asal Brebes Baru Tahu Musibah Oryong)

Kepada Tempo, Rofiah, kakak Abdullah, menuturkan, menjadi ABK adalah pilihan terakhir adiknya untuk mengubah nasib. Sebelum bekerja di laut, Abdullah yang hanya berijazah sekolah dasar bekerja sebagai petani bawang merah. "Membantu orang tua menanam bawang," kata Rofiah, Rabu malam, 3 Desember 2014. (Baca: Ini Daftar WNI di Kapal Oryong yang Tenggelam)

Tertantang oleh ajakan temannya, pada 2010 Abdullah mendaftar sebagai ABK asal Korea Selatan. Tanpa punya pengalaman sebagai nelayan, anak keenam dari delapan bersaudara itu nekat meninggalkan kampungnya, Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Brebes. Saat itu, kata Rofiah, Abdullah berumur 27 tahun. (Baca: 14 Nelayan Pantura ABK Kapal Oryong yang Tenggelam)

Bermodalkan uang Rp 12 juta dari tabungan orang tua, Abdullah mencoba mendulang uang di luar negeri. Namun nasib berkata lain. Lima bulan bekerja di sebuah kapal ikan, Abdullah pulang tanpa uang sepeser pun. "Pertama kali melaut dia ditipu. Kerja tidak digaji, ponselnya terpaksa dijual," ujar Rofiah.

Tetapi Abdullah kembali menjajal peruntungan di Korea. Dia pindah kerja ke kapal lain. "Saat itu kami keluar uang lagi Rp 10 juta," kata Rofiah. Karena pernah tertipu, Abdullah meniti pekerjaan dengan hati-hati. Hasilnya, setelah delapan bulan bekerja, dia bisa membeli sepeda motor baru.

Pada pelayaran ketiga, Abdullah sudah tidak bergantung pada biaya orang tua. Rofiah mengatakan sepulang melaut selama sembilan bulan, pada 2012, tabungan Abdullah cukup digunakan untuk melamar sekaligus menggelar pesta pernikahan dengan tetangganya, Jayanti.

Setelah menikah, Abdullah kembali pergi ke Korea untuk keempat kalinya selama sembilan bulan. Karena penghasilannya kurang memuaskan, Abdullah sempat menganggur selama satu tahun. Akhirnya dia kembali ke Korea untuk kelima kalinya pada Juli lalu. Namun saat melaut dengan kapal Oryong 501, Abdullah malah bernasib malang.

Kini, keluarganya menunggu keajaiban agar Abdullah bisa pulang dengan selamat.

DINDA LEO LISTY

Berita Terpopuler
Gubernur FPI Ngarep Sumbangan Warga
Gubernur FPI Siap Duel dengan Nikita Mirzani
Cerita Ahok tentang Hantu dan Setan Buta Huruf

Berita terkait

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Belum Aman untuk Penerbangan

16 jam lalu

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Belum Aman untuk Penerbangan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan Bandara Sam Ratulangi, Manado belum aman untuk penerbangan akibat erupsi Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

18 jam lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

1 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,

Baca Selengkapnya

Kemenhub Putuskan Hanya 17 Bandara Internasional dan 17 Bandara Domestik di Indonesia, Apa Beda Keduanya?

1 hari lalu

Kemenhub Putuskan Hanya 17 Bandara Internasional dan 17 Bandara Domestik di Indonesia, Apa Beda Keduanya?

Kemenhub tetapkan 17 bandara internasional dan 17 bandara domestik di Indonesia. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Ini 17 Bandara Internasional dan 17 Bandar Udara yang Turun Status

4 hari lalu

Ini 17 Bandara Internasional dan 17 Bandar Udara yang Turun Status

Kementerian Perhubungan memutuskan hanya ada 17 bandar udara yang berstatus bandara internasional dari semula 34 buah.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Berikut Daftarnya

6 hari lalu

Kemenhub Tetapkan 17 Bandara Internasional, Berikut Daftarnya

Kemenhub akan terus mengevaluasi penataan bandara secara umum, termasuk bandara internasional.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Imbau Masyarakat Tinggalkan Travel Gelap, Ini 5 Dampak Buruk Menggunakannya

12 hari lalu

Kemenhub Imbau Masyarakat Tinggalkan Travel Gelap, Ini 5 Dampak Buruk Menggunakannya

Hindari risiko fatal dengan travel gelap. Ketahui dampak buruknya, termasuk kecelakaan, asuransi, dan tarif tak jelas.

Baca Selengkapnya

Dirjen Hubud Apresiasi Kinerja Karyawan AirNav

16 hari lalu

Dirjen Hubud Apresiasi Kinerja Karyawan AirNav

Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia, menerima kunjungan kerja Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Maria Kristi Endah Murni.

Baca Selengkapnya

Arus Balik: Jumlah Penumpang Kereta hingga Angka Kecelakaan Turun

16 hari lalu

Arus Balik: Jumlah Penumpang Kereta hingga Angka Kecelakaan Turun

Setelah Lebaran 2024, gelombang arus balik memulai perjalanan banyak orang kembali ke perantauan

Baca Selengkapnya

Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

17 hari lalu

Kemenhub Berangkatkan Peserta Arus Balik Gratis dengan 160 Bus

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memberangkatkan peserta arus balik gratis Lebaran 2024 dengan 160 bus.

Baca Selengkapnya