Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie bersama Akbar Tanjung (ketiga kanan) dan Idrus Marham (kanan) memberikan keterangan pers terkait Munas ke-7 Partai Golkar di Jakarta, 25 November 2014. ANTARA/Rifki Saputra
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung gagal menengahi konflik antara Aburizal Bakrie alias Ical dan Agung Laksono. Akbar sebelumnya menawarkan dua orang itu untuk bertemu di Bali bersama dirinya dan Priyo Budi Santoso, politikus senior Golkar yang juga maju sebagai calon ketua umum partai beringin.
"Aburizal dan Priyo sudah setuju, tapi Agung menolak," kata Akbar yang dihubungi pada Ahad, 30 November 2014. Alasan Agung menolak, ujar Akbar, adalah kecaman atas keberadaannya di Bali. Agung sejak kemarin diketahui telah ada di Bali untuk urusan keluarga. (Baca: Golkar Pecah, Agung Tutup Pintu Islah dengan Ical)
Kehadiran Ketua Presidium Penyelamat Partai Golkar itu di Bali menjadi cercaan banyak pihak walaupun tak ada hubungannya dengan Munas. "Agung bilang sulit untuk bertemu karena suasana kebatinannya tidak mengizinkan akibat ada kata-kata yang menyakiti hatinya," tutur Akbar.
Selama beberapa hari terakhir, Akbar menyebut telah berulang kali menelepon Ical dan Agung untuk mencari jalan tengah. Terakhir, Akbar mengusulkan untuk konsolidasi di Bali sebelum Munas Golkar dilangsungkan. Ical menyetujui usulan itu dan meminta Akbar yang mengatur. (Baca: Agung Laksono Siap Bubarkan Presidium)
Namun penolakan datang dari Agung. Meski sudah dibujuk sedemikian rupa, kata Akbar, Agung tetap kukuh tidak ingin ada pertemuan di Bali. "Akhirnya, sepuluh menit lalu, saya telepon lagi Aburizal untuk mengabarkan pertemuan tidak mungkin dilaksanakan," tuturnya.