TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigadir Jenderal Arthur Tampi mengatakan tes keperawanan tidak membuat gugur peserta seleksi calon polisi wanita. "Yang pasti tidak menjatuhkan, hanya akan memberikan gradasi penilaian," katanya saat dihubungi pada 19 November 2014.
Menurut Arthur, tes keperawanan pada wanita atau keperjakaan pada pria bukan fokus utama dalam ujian masuk kepolisian. Tes itu hanya sebagian kecil dari tes kesehatan keseluruhan yang dilakukan alam tahap seleksi "Kami kan melakukan tes dari ujung kepala hingga ujung kaki," ujarnya. (Baca: Tes Keperawanan Polwan Bikin Heboh Polri)
Ia mengibaratkan masalah keperawanan ini dengan gigi. Menurut dia, penilaian kesehatan pada pasien yang memiliki gigi sempurna dengan yang punya gigi berlubang akan berbeda. Namun bukan berarti, hanya karena gigi itu, calon polisi tidak akan lulus tes masuk kepolisian.
Sama halnya dengan keperawanan, nilai calon siswa yang perawan akan lebih tinggi dibanding yang sudah tidak perawan. Namun yang tidak perawan pun masih bisa tetap menjadi anggota polisi bila nilai kesehatannya secara keseluruhan memenuhi kualifikasi.
Ia menuturkan kisaran nilai yang menjadi patokan kelulusan kesehatan calon polwan adalah 55-80. "Bila dia sudah tidak perawan namun kesehatan organ lainnya sempurna, dan berada di antara kisaran nilai itu, dia bisa lulus, kok," katanya.