TEMPO.CO,Jakarta - Kiprah profesor yang terjerat kasus narkoba, Musakkir, tak hanya tercatat di ranah akademik. Wakil Rektor III Universitas Hasanuddin Makassar yang membidangi mahasiswa ini juga aktif dalam pembinaan atlet. Saat ini Musakkir menjabat Sekretaris Umum Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (Forki) Sulawesi Selatan.
Menurut Wakil Ketua Pembinaan dan Prestasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sulawesi Selatan, kasus sabu Profesor Musakkir tidak sampai mengganggu persiapan pihaknya dalam menghadapi Pekan Olahraga Nasional Remaja di Jawa Timur, Desember mendatang. (Baca: Polisi Gelar Perkara Kasus Profesor Unhas)
Menurut Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Sulawesi Selatan Nukhrawi, Musakkir juga masih tercatat sebagai Wakil Ketua Pembinaan dan Prestasi KONI Sulawesi Selatan. Walau tanpa Musakkir, kata dia, program kerja KONI Sulawesi Selatan berjalan normal. "Tidak akan berdampak pada persiapan PON Remaja," katanya.
Kepala Polres Kota Besar Makassar Komisaris Besar Fery Abraham menyatakan Musakkir dan lima orang lain yang dicokok polisi positif mengkonsumsi narkotik. "Tes urine dan darah sudah kami terima, hasilnya mengandung zat metamfetamin," kata Ferry, Ahad, 16 November 2014. (Baca: Kasus Nyabu Wakil Rektor Unhas dan Mahasiswa)
Ferry mengatakan keenam orang itu telah berstatus tersangka. Menurut dia, sampai saat ini kepolisian masih mendalami kasus tersebut guna mengetahui peran masing-masing pelaku. Ihwal dugaan bahwa Musakkir adalah bandar narkoba, Fery menyatakan belum bisa menyimpulkan. "Sementara ini mereka hanya sebagai pengguna saja," ujar Fery. Sebelumnya, penyidik mendapat informasi dari pelaku lain dan menemukan sabu 1 gram dan 3 bungkus paket sabu kecil serta alat isap.
Pengacara Musakkir, Acram Mappaona Azis, belum mau mengomentari hasil tes urine kliennya. Dia mengaku belum menerima hasil resmi tes tersebut dari kepolisian. "Tunggu saja," katanya.
Acram menerangkan, kliennya yang berasal dari Fakultas Hukum Unhas berada di hotel untuk keperluan akademik saat ditangkap. "Ada karya ilmiah yang mau dikerjakan. Awalnya sendirian di dalam kamar, kemudian rekannya dan mahasiswanya datang belakangan," kata Acram.