Calon presiden pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan calon presiden pasangan nomor urut dua Joko Widodo (tengah) disaksikan moderator Hikmahanto Juwana (kanan) pada acara Debat Capres 2014 putaran ketiga di Jakarta, 22 Juni 2014. ANTARA /Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengatakan Presiden Joko Widodo patut mempertimbangkan usulan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mengatakan Indonesia mesti keluar dari G-20. "Perlu dipertimbangkan secara serius oleh Jokowi bila benar kepentingan Indonesia justru dirugikan," ujar Hikmahanto dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Kamis, 13 November 2014 (baca: Menteri Susi Usul Indonesia Keluar dari G20).
Hikmahanto menyarankan agar Jokowi membuat tim untuk mengkaji kemanfaatan Indonesia dalam forum G-20. Untuk itu perlu diperhatikan tiga kriteria yang bisa menjadi ukuran. Pertama, apakah Indonesia dapat secara vokal menyampaikan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Kedua, permasalahan yang dihadapi adalah masalah-masalah yang merepresentasikan masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, seperti Indonesia. Ketiga, apakah forum G-20 dapat mengakomodasi kepentingan Indonesia dan negara berkembang dalam keputusan-keputusannya (baca juga: Kenapa KTT G20 Penting untuk Indonesia?).
"Bila keanggotaan Indonesia tidak dapat memberi warna dari berbagai keputusan yang diambil oleh negara-negara G-20, sebaiknya Indonesia keluar," katanya. Hikmahanto menyarankan agar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi segera mempersiapkan hal teknis agar Indonesia dapat efektif keluar dari G-20. "Bukan sebaliknya justru meyakinkan Presiden Jokowi agar Indonesia tetap dalam forum G-20."
Usulan Susi ihwal keanggotaan Indonesia dalam G-20 itu disampaikan kepada Jokowi melalui Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Susi beralasan, dalam forum G-20, Indonesia banyak menuai kerugian, terutama pada sektor perikanan. Misalnya, untuk impor hasil perikanan dan kelautan, Indonesia dibebani tarif 14 persen.
Selain itu, Susi mencontohkan, ekspor ikan tuna Indonesia mencapai US$ 700 juta. Karena dikenai tarif impor, Indonesia kehilangan pendapatan US$ 105 juta. Begitu juga dengan komoditas udang. Indonesia kehilangan US$ 150 juta dari total ekspor US$ 1,5 miliar.
Sri Mulyani Bertemu Sekjen OECD, Bahas Akselerasi Keanggotaan Penuh Indonesia
2 Maret 2024
Sri Mulyani Bertemu Sekjen OECD, Bahas Akselerasi Keanggotaan Penuh Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Bertemu dengan Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Mathias Cormann di So Paulo, Brasil.