Foto repro alm. Jenderal Mayor TKR H.R. Mohamad Mangoendiprojo, tokoh yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Tahun 2014 oleh Pemerintah RI, di Istana Negara, Jakarta, 7 November 2014. H.R Mohamad, lahir di Sragen, 5 Januari 1905, beliau merupakan pimpinan TKR (sekarang TNI), yang tegas, berani dan disiplin. ANTARA/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO,Jakarta - Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada empat pejuang kemerdekaan pada Jumat, 7 November 2014. Satu di antaranya adalah HR Mohammad Mangoendiprodjo. Gelar Pahlawan Nasional ini diberikan pemerintah untuk memperingati Hari Pahlawan, 10 November.
HR Mohammad Mangoendiprodjo lahir di Sragen, Jawa Tengah, 5 Januari 1905. Dia pernah menjadi pemimpin Dewan Pemimpin Rakyat Indonesia (DPRI) Surabaya. DPRI terbentuk berkat inisiatif pejuang Surabaya. Setelah lulus dari Eurpese Lager School di Solo pada 1921, dia melanjutkan sekolah ke Opleiding School Voor Inlandse Ambtenaren (OSVIA) di Madiun sampai lulus pada 1927.(Baca:Empat Tokoh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional)
Jiwa militer Mohammad Mangoendiprojo muncul setelah dia mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) dan menjadi Komandan Batalion PETA di Sidoarjo, Jawa Timur. Ia lalu menjadi Asisten Wedana Kecamatan Diwek Jombang.(Baca:Djamin Ginting, Pahlawan Nasional Asal Tanah Karo)
Seusai zaman perang, Mohammad Mangoendiprojo melanjutkan pengabdiannya kepada pemerintah. Puncaknya, pada 1955, ia menjadi Bupati Ponorogo. Sebagai pengakuan atas pengabdiannya dalam perjuangan nasional, pada Agustus 1986 pemerintah menganugerahi dia Bintang Mahaputra.(Baca:Penculik Bung Karno' Jadi Pahlawan Nasional)
Pensiun dari pemerintah pada 1971, ia kemudian menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari wakil Utusan Daerah. Untuk menghargai jasa Mohammad Mangoendiprojo, Gubernur Jawa Timur membuat monumennya di Sidoarjo.