TEMPO.CO, Malang - Pelaku industri pariwisata berharap pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla mengangkat sektor pariwisata. Sebab, Indonesia kaya akan obyek wisata yang berakar pada budaya dan keindahan alam, namun belum digarap secara optimal.

"Pemerintah dulu justru menaikkan tarif masuk ke Gunung Bromo, sementara fasilitas tak meningkat," kata Sekretaris Asosiasi Biro Perjalanan dan Wisata Indonesia Jawa Timur, Nanik Sutaningtyas, Sabtu, 25 Oktober 2014. (Baca juga: 6 Nama Kementerian Baru Usulan Jokowi)

Menurut Nanik, jumlah kenaikan tarif masuk ke Gunung Bromo mencapai 400 persen. Tarif wisatawan mancanegara ke Gunung Bromo pada akhir pekan yang semula Rp 75 ribu naik menjadi Rp 317 ribu. Kenaikan tarif berlaku sejak pertengahan tahun lalu.

Kata Nanik, sejak perubahan tarif, banyak wisatawan yang membatalkan perjalanan wisata ke Gunung Bromo. Pembatalan dilakukan langsung ke biro perjalanan. Jika terus terjadi, pembatalan itu bakal mengancam industri pariwisata Indonesia.

Konsultan perhotelan dan pariwisata, Regulthafus Andrikus, menjelaskan, kemudahan transportasi atau akses masuk berperan utama dalam upaya menarik wisatawan. Misalnya, akses melalui bandar udara, pelabuhan laut, terminal, dan stasiun kereta. "Akses masuk harus ada fasilitas yang layak," katanya.

Pelabuhan laut, Regulthafus mengatakan, seharusnya dilengkapi dengan garbarata yang memudahkan wisatawan masuk menggunakan kapal penumpang internasional. Selain itu, kebudayaan Indonesia harus ditampilkan di pintu gerbang akses menuju daerah tujuan wisata, seperti bandar udara dan pelabuhan laut. Indonesia dikenal memiliki kemajemukan budaya, aneka jenis tari, lagu, dan bangunan adat daerah.

Jika industri wisata tak ditangani secara profesional, wisatawan tak akan melirik Indonesia. Soalnya, wisatawan merencanakan perjalanan secara matang, termasuk jadwal dan biaya yang dikeluarkan.

EKO WIDIANTO

Berita lain:A
Ahad, Jokowi Kenalkan Kabinetnya Sambil Minum Teh
Jadwal Siaran Langsung Sepak Bola Hari Ini
Agus Suhartono, Calon Menko Kemaritiman