Migrant Care Minta KPK Periksa Pejabat BNP2TKI  

Reporter

Senin, 28 Juli 2014 05:15 WIB

BNP2TKI. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta: Analis kebijakan dari Migrant Care, Wahyu Susilo, mengatakan kasus pemerasan tenaga kerja Indonesia (TKI) bukan hal baru di Indonesia. Sejak lima belas tahun yang lalu, lembaganya telah mencium praktek pemerasan TKI yang melibatkan banyak pihak, termasuk penyelenggara negara.

"Bahkan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sebelumnya, Jumhur Hidayat, juga ikut andil dalam praktik pemerasan TKI," kata Wahyu saat dihubungi Tempo, Ahad, 27 Juli 2014. (Baca: Daftar Pungli yang Dibayar TKI di Soekarno-Hatta)

Wahyu mengatakan satu buktinya adalah pembentukan Lembaga Bantuan Hukum Komisi Penyelamat Penyalahgunaan Aset Negara (LBH Kompar) oleh Jumhur Hidayat yang ditempatkan di Terminal Selapajang, terminal khusus TKI di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Menurut Wahyu, tugas lembaga itu untuk menangani kasus klaim asuransi TKI bermasalah. Namun, terjadi penyelewengan wewenang pencairan klaim asuransi tenaga kerja luar negeri.(Baca: Kejanggalan Saat Sidak Pemerasan TKI)

Hal ini pernah disampaikan oleh Abdul Malik Harahap kepada Tempo, Jumat, 29 Mei 2009. Abdul Malik yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengatakan bahwa LBH Kompar memaksa tenaga kerja yang bermasalah untuk meneken kontrak di Terminal Selapajang. "Paspornya ada yang ditahan, itu kan tidak boleh," kata Abdul Malik.

Menurut Wahyu, LBH Kompar disetir oleh Jumhur untuk menambah pundi-pundinya sendiri dengan memanfaatkan para TKI yang kurang mengerti proses klaim asuransi yang merupakan hak mereka. Wahyu mengatakan saat sampai di Indonesia, yang ada dalam pikiran TKI adalah pulang ke kampung halaman secepatnya. Jadi, LBH Kompar memanfaatkan situasi ini untuk menampung surat asuransi TKI tapi tak membayarkan klaim asuransi kepada para TKI saat klaim tersebut sudah cair. "Itu hanya salah satu dari berbagai proyek pemerasan TKI yang dilakukan oleh Jumhur," kata Wahyu. (Baca: KPK: Tata Kelola TKI Buruknya Sudah Menahun)

Wahyu mengatakan Migrant Care menilai lapak BNP2TKI di terminal kepulangan TKI juga tak lepas dari proyek lanjutan Jumhur. Menurut Wahyu, lapak BNP2TKI yang seharusnya digunakan untuk pelayanan TKI bermasalah disalahgunakan untuk penjualan sim card, makanan, atau pun money changer. "Pemerasan TKI ini berjalan sangat sistematis. Ada sindikat institusi di sini," kata Wahyu.

Karena itu, Wahyu berharap Komisi Pemberantasan Korupsi dapat menelusuri mata rantai kasus pemerasan ini. Menurut Wahyu, ada dua hal yang mungkin disasar KPK. Pertama, penyelenggara negara yang ikut menikmati hasil pemerasan ini. Kedua, penyelenggara yang mengeluarkan kebijakan sehingga praktek ini berlangsung terus-menerus. (Baca: Pemeras TKI Nikmati Rp 325 Miliar Per Tahun)

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad nengatakan tidak menutup kemungkinan lembaganya akan menyelidiki keterkaitan BNP2TKI. Hal itu dikatakannya setelah KPK menangkap 18 orang dalam inspeksi mendadak di Terminal 2F Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu, 26 Juli 2014.

Sidak ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua KPK Bambang Widjajanto, Adnan Pandu Praja, Zulkarnain, Kepala Badan Reserse Kriminal Suhardi Alius, dan Achmad Santosa dan Yunus Husein dari Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Tim menemukan 18 orang pemain lama dalam pemerasan TKI ini, di antaranya juga terdapat anggota TNI Angkatan Darat dan Polri.

YOLANDA RYAN ARMINDYA

Baca juga:

Zouma: Chelsea Seperti Keluarga

Ke Lokasi MH17, Tim Investigasi Dilarang Bersenjata

Pengemudi Terjebak Macet, Kapolri Minta Maaf

MU Menang Tipis, Van Gaal Keluhkan Iklim

Berita terkait

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

15 hari lalu

Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.

Baca Selengkapnya

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

25 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

32 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

38 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

39 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

42 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

53 hari lalu

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

54 hari lalu

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

1 Maret 2024

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya