Bom Ikan Rusak 75 Persen Terumbu Karang di Malang  

Reporter

Senin, 2 Juni 2014 04:03 WIB

Terumbu karang dan ekosistem laut yang masih terjaga di Taman Laut Olele, Kecamatan Kabila Bone, Gorontalo. ANTARA/Adiwinata Solihin

TEMPO.CO, Malang - Sekitar 75 persen terumbu karang di Kabupaten Malang rusak akibat ulah nelayan menangkap ikan dengan bom. Selain itu kerusakan juga disebabkan eksploitasi terumbu karang secara berlebihan hingga pencurian karang.

"Tiga bulan lalu tertangkap tangan pencuri karang. Sekarang dalam peradilan," kata Kepala Seksi Sumber Daya Laut dan Pesisir, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, Agung Revolusi Cahyanto, Ahad, 1 Juni 2014. (Baca: Sebanyak 30 Persen Terumbu Karang Indonesia Rusak)

Sedangkan terumbu karang terhampar sepanjang 160 kilometer garis pantai meliputi enam kecamatan, antara lain Donomulyo, Sumbermanjing Wetan, Ampelgading, Gedangan, Bantur, dan Tirtoyudo.

Pelaku tertangkap melalui operasi keamanan laut terpadu yang didukung Dinas Kelautan dan Perikanan, TNI Angkatan Laut, Kepolisian Air, dan masyarakat setempat, dengan barang bukti potongan karang spesies Galaxea sp. Karang dipotong sepanjang lima sentimeter dan disimpan dalam kantung plastik beroksigen. Polisi menyita sebanyak 450 batang karang yang rencananya dikirim ke tengkulak di Bali.

Karang dijual seharga Rp 5-15 ribu. Karang tersebut diduga dijual ke luar negeri untuk habitat buatan ikan hias laut. Polisi menangkap tiga orang, terdiri dari dua pelaku pencuri dan seorang penadah. Mereka beroperasi di Kondangmerak dan Palembang, Kabupaten Malang.

Pelaku dijerat dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil. Ancaman hukuman maksimal dua tahun penjara dan denda maksimal Rp 20 miliar. Akibat kerusakan terumbu karang, nelayan melaut lebih jauh dari biasanya, 12 mil menjadi dua kali lipat lebih jauh. Lantaran tangkapan ikan nelayan terus merosot. "Terutama ikan yang hidup di terumbu karang sulit ditemui," katanya.

Nelayan di Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Sri Siswati, mengaku jika tangkapan ikan selama lima tahun terakhir merosot. Sebelumnya ikan sekoci setiap melaut menghasilkan sekitar 70 ekor ikan tuna. Setiap ekor berbobot antara 45-70 kilogram. "Sekarang turun hingga 50 persen," katanya. (Baca: Sampah Ancam Terumbu Karang Wakatobi)

EKO WIDIANTO

Berita Terpopuler

Perubahan Haji Era Anggito

Sangeang Meletus, Dua Bandara Ditutup

Pakar Tata Negara Usulkan Kompilasi UU Pemilu

Berita terkait

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

4 hari lalu

Walhi: Rencana Izin Usaha Pertambangan Bagi Ormas Bisa Perparah Kerusakan Lingkungan

Walhi mengkritik rencana pemberian izin usaha pertambangan kepada ormas keagamaan bisa picu kerusakan lingkungan lebih berat

Baca Selengkapnya

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

10 hari lalu

Alasan Pemerintah Belanda Temui JATAM Kaltim hingga AMAN sebelum Investasi di IKN

Pemberintah Belanda mengaku ingin melihat langsung kondisi di IKN sebelum mereka berinvestasi.

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

41 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

4 Maret 2024

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

29 Januari 2024

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

Walhi mengungkapkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan hilirisasi industri nikel di Maluku Utara.

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

24 Januari 2024

Penelitian Sebut Industri Nikel Merusak Hutan dan Lingkungan Indonesia

Penelitian menyebutkan aktivitas industri nikel di Indonesia menyebabkan kerusakan hutan dan lingkungan secara masif.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

23 Januari 2024

Greenpeace Kritik Gibran Glorifikasi Hilirisasi Nikel Jokowi: Faktanya Merusak Lingkungan

Greenpeace mengkritik Gibran yang mengglorifikasi program hilirisasi nikel Presiden Jokowi. Industri ini dinilai banyak merusak lingkungan.

Baca Selengkapnya

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

21 Januari 2024

Di Debat Cawapres, Mahfud Kutip Surat Ar-Rum Ayat 41 Ingatkan Soal Kerusakan Alam

Dalam debat cawapres, calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md mengatakan kerusakan alam di bumi terjadi karena tingkah laku manusia.

Baca Selengkapnya

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

21 Januari 2024

TKN Prabowo-Gibran Bilang Perusahaan Perusak Lingkungan Harus Dihukum Seberat-beratnya

Menurut Budisatrio Djiwandono, Prabowo-Gibran akan memberikan hukuman berat kepada pihak yang merusak alam.

Baca Selengkapnya

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

8 September 2023

Karhutla di Gunung Arjuna Capai 4.000 Hektare, Diduga Ulah Pemburu

Karhutla di Gunung Arjuna dan sekitarnya pertama kali terpantau muncul di kawasan Bukit Budug Asu, pada Sabtu, 26 Agustus lalu.

Baca Selengkapnya