Anggota Komnas HAM, Nur Kholis. ANTARA/Wahyu Putro A
TEMPO.CO, Jakarta - Juru debat dalam Tim Kampanye Nasional pasangan calon presiden Prabowo-Hatta, Kivlan Zen, mengatakan dirinya tak bakal menyampaikan fakta yang terjadi pada Mei 1998 meski didesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Sebab, kata dia, jika permintaan itu dilayani, sama artinya dengan membuka luka lama.
"Saya hanya mau membuka jika ada panel nasional dan forum rekonsiliasi bangsa," kata Kivlan saat ditemui di Rumah Polonia I/29, Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Senin, 26 Mei 2014. "Harus ada momen maaf nasional." Komnas HAM, menurut dia, adalah lembaga kecil yang tak akan mampu melakukan fungsi maaf nasional.
Ia mengaku tahu di mana letak pusara para aktivis 1998. Namun ia tak mau membuka informasi itu dengan alasan bisa mengorek luka lama bangsa. "Kalau saya buka, Megawati juga bisa kena," katanya. "Jadi saya memilih menutup dulu hingga diadakannya panel bangsa."
Sebelumnya mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen menolak panggilan Komnas HAM ihwal kesaksian kasus orang hilang pada periode 97-98. Tim khusus pun dibentuk oleh Komnas HAM untuk menangani ini yang diketuai Otto Syamsudin Ishak dan beranggotakan antara lain Nur Kholis (wakil ketua) dan Siti Noor Laila.
Kivlan juga pernah melontarkan informasi penting bagi penyelidikan kasus penculikan aktivis. Dalam tayangan di sebuah televisi, ia menyatakan mengetahui siapa yang menculik para aktivis tersebut, begitu pun nasib mereka yang ditembak dan lokasi pusara mereka.