Dua warga membersihkan lumpur rumahnya setelah terendam banjir di Manado, Sulawesi Utara (16/1). BNPB Sulut menyatakan banjir telah menelan 15 korban, 6 di Manado , Tomohon 5 dan Minahasa 4 korban jiwa. ANTARA/Fiqman Sunandar
TEMPO.CO, Manado - Pemulihan Kota Manado setelah dilanda banjir terkesan lambat. Menjelang sepuluh hari setelah banjir bandang menerjang ibu kota Sulawesi Utara itu, sampah dan lumpur masih menggunung di berbagai sudut kota.
Dari pantauan Tempo, Jumat, 24 Januari 2014, belum ada aktivitas pengangkutan sampah di Kelurahan Banjer, Taas, dan Tikala Baru. Bau busuk pun menyeruak, menusuk hidung. Selain sampah, lumpur juga dibiarkan teronggok di pinggiran jalan sehingga ketika hujan membuat jalanan menjadi licin.
Sampah dan lumpur itu tidak hanya menyebarkan bau dan merusak pemandangan. Perjalanan truk pengangkut sampah yang dikerahkan pemerintah dan berbagai yayasan jadi terhambat akibat jalanan yang licin. "Kami kesulitan karena sampah yang diangkut itu berat. Belum juga lumpur yang kebanyakan masih cair. Mau angkut susah, mau buang juga susah," kata Samuel, seorang sopir truk sampah.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Manado Julises Oehlers membantah tudingan yang menyebutkan jajarannya tidak bekerja maksimal dan hanya menunggu bantuan pihak lain. Menurut dia, seluruh armada pengangkut sampah telah dikerahkan untuk memulihkan Manado. "Harus sabar, karena semua daerah terkena dampak. Kami punya keterbatasan," katanya.
Curah hujan yang tinggi membuat Sungai Mahakam menuap. Akibatnya, lima kecamatan di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Kalimantan Timur (Kaltim) terendam banjir.
Cerita Duka Korban Banjir Bandang di Sumbar, Cucu dan 4 Anggota Keluarga Hanyut
4 hari lalu
Cerita Duka Korban Banjir Bandang di Sumbar, Cucu dan 4 Anggota Keluarga Hanyut
Banjir di Kabupaten Agam dan Tanah datar meninggal duka bagi masyarakat Sumatra Barat. 59 orang lebih dinyatakan meninggal dan ada 16 yang masih dalam pencarian.