Cerita Bengal Aktivis Tahanan Malari  

Reporter

Rabu, 15 Januari 2014 12:56 WIB

Ilustrasi. inphotos.org

TEMPO.CO, Jakarta - Judilherry Justam celingukan. Kawat berduri di atas tembok tahanan sudah tersingkap dan menganga, mengundang untuk diterobos. Selangkah lagi, ia bisa kabur. Sejenak memantapkan hati, lalu hup…, dia melompat.

Bersama Salim Hutajulu dari Senat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Sekretaris Jenderal Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia itu lolos dari kepungan kawat yang memisahkan dunia luar dan halaman rumah tahanan kejaksaan di bilangan Ragunan, Jakarta Selatan. “Saya pernah sekali kabur dari tahanan. Sebab, saya amati, penjagaannya longgar. Berbeda saat di Gang Buntu, saya diisolasi,” ujarnya sembari tertawa saat mengenang kenakalannya sebagai pesakitan politik kerusuhan Malari. (Baca juga: Hari Ini, 40 Tahun Lalu Jakarta Diamuk Malari)

Lepas dari kerangkeng, Judil menghentikan sebuah bus umum. Bekal duit dari orang tua, yang saban pekan menjenguknya, ia gunakan buat membayar ongkos. “Tujuan saya waktu itu rumah seorang senior HMI di kawasan Kemang,” katanya, seperti ditulis majalah Tempo dalam Edisi Khusus Malari, terbit 13 Januari 2014.

Sesampai Judil di rumah yang dituju, si empunya rumah terkaget-kaget. Sebab, sang senior tahu Sekretaris Jenderal Dewan Mahasiswa UI yang ditahan pada April 1974 itu seharusnya berada di bui. Toh, Judil diterima baik. “Saya sempat makan, lalu minta sedikit uang untuk ongkos balik. Setelah diberi uang, kembali ke tahanan,” ujarnya.

Judil memang tak pernah benar-benar berniat kabur. Insting nakalnya sebagai mahasiswa saja yang membawa dia berani moncor melewati kawat. “Mengusir rasa bosan, itu saja. Buktinya, saya kembali lagi tanpa ketahuan,” katanya.

Bagi para aktivis mahasiswa yang dituduh terlibat Malari, kehidupan tahanan memang tak melulu seram. Beberapa pengakuan yang dijaring Tempo menyatakan tak mendapat siksaan fisik. Bahkan, di RTM Boedi Oetomo, banyak kelas yang digelar, seperti pelajaran bahasa asing, diskusi ekonomi bersama Dorodjatun--lulusan Amerika Serikat--serta beberapa sesi soal keterampilan kerja dan kesenian. Tentu gaple tak ketinggalan. “Saya ikut diskusi ekonomi Dorodjatun dan kelas bahasa Arab yang pengajarnya orang PKI,” ujar Judil.

Judil merupakan satu dari puluhan aktivis mahasiswa yang ditangkap lalu ditahan Orde Baru lantaran diduga terlibat kerusuhan Malari. Ia sempat menghabiskan waktu 22 bulan di penjara tanpa ditunjukkan kesalahannya dengan terang.




TIM TEMPO

Baca juga:
Mahfud Mengaku Heran Atas Pemilihan Akil Mochtar
Jokowi Kaget Blusukan 'Dikuntit' Caleg PDIP
Perempuan Arab Saudi Dilarang Main Ayunan
Ini Sebab Jakarta Utara Relatif Bebas Banjir
Soal Dugaan Suap Pilgub Jatim, Ini Kata Cak Imin
Kata Istrinya, Anas Urbaningrum Sedang Tirakat
Kado Tahun Baru Anas Urbaningrum Versi Ipar SBY

Berita terkait

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

2 hari lalu

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

2 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

15 Januari 2024

Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

Tepat 50 tahun lalu, 15 Januari 1974, Jakarta diamuk massa. Peristiwa ini disebut Malari. Siapa saja tokoh yang terlibat?

Baca Selengkapnya

50 Tahun Peristiwa Malari, Salah Satu Ikon Demonstrasi Mahasiswa

15 Januari 2024

50 Tahun Peristiwa Malari, Salah Satu Ikon Demonstrasi Mahasiswa

Pada 15 Januari 1974 atau 50 tahun lalu terjadi Peristiwa Malari, akronim dari Malapetaka Lima Belas Januari. Salah satu ikonik demonstrasi mahasiswa

Baca Selengkapnya

Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

16 November 2023

Kisah Devaluasi Rupiah: 45 Tahun Lalu Merosot dari Rp 415,00 menjadi Rp 625,00 per Dolar Amerika

Keputusan devaluasi itu berdampak yang luas terhadap kondisi ekonomi negara dan memberikan pelajaran berharga bagi pemerintah dan pelaku ekonomi.

Baca Selengkapnya

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

5 Agustus 2023

Jejak Langkah Politik Partai Golkar: Pasca Reformasi Kian Menurun

Berikut jumlah kursi yang diperoleh Partai Golkar dari Pemilu 2009, 2014, dan 2019 yang semakin menurun. Bagaimana prospek di Pemilu 2024?

Baca Selengkapnya

TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

21 April 2023

TMII Diresmikan 48 Tahun Lalu, Berikut Kilas Balik Proyek Wisata Bertema Budaya Indonesia

Digagas sejak Maret 1970, pembangunan proyek TMII dimulai pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975 atau 48 tahun silam.

Baca Selengkapnya

Kisah Malari 49 Tahun Lalu: Kejanggalan Sidang, Jerat Antisubversi hingga Rivalitas 2 Jenderal

16 Januari 2023

Kisah Malari 49 Tahun Lalu: Kejanggalan Sidang, Jerat Antisubversi hingga Rivalitas 2 Jenderal

Pasca Malari aparat menahan 775 orang termasuk aktivis mahasiswa dan cendikiawan seperti Hariman Siregar, Sjahir, Yap Thiam Hien hingga Rahman Tolleng

Baca Selengkapnya

Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh

15 Januari 2023

Peristiwa Malari 1974: Demonstrasi Tolak Kunjungan PM Jepang Kakuei Tanaka Berujung Rusuh

Peristiwa Malari adalah demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial menolak kedatangan PM Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia pada 15 Januari 1974.

Baca Selengkapnya

29 Tahun Komnas HAM: Sosok Ali Said, Ketua Komnas HAM yang Aneh di Era Soeharto

7 Juni 2022

29 Tahun Komnas HAM: Sosok Ali Said, Ketua Komnas HAM yang Aneh di Era Soeharto

Pada saat yang sama Soeharto menunjuk pensiunan Ketua Mahkamah Agung RI, Ali Said, untuk menyusun Komisi tersebut dan memilih para anggota Komnas HAM.

Baca Selengkapnya