TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana mengatakan, kabar kedatangannya bersama Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto ke Cikeas pada Senin, 6 Januari 2014, adalah fitnah. Menurut Denny, dalam rentang waktu dia disebut ke rumah pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, Denny berada di tempat lain.
"Saya sedang makan siang dengan teman-teman kantor di Pasar Festival," kata Denny kepada Tempo, Selasa, 7 Januari 2014. Pasar Festival terletak di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Denny memaparkan, tak ada kegiatan mampir ke Cikeas dalam agendanya Senin lalu. Sebelum makan siang di dekat kantor Kemenkumham, Denny melakukan inspeksi mendadak (sidak) pelayanan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
"Setelah itu di kantor sampai magrib," kata Denny.
Denny mengatakan, pernyataan juru bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), Ma'mun Murod Al-Barbasy dan Tri Dianto, bahwa dirinya dan Bambang ke Cikeas bertemu SBY pada Senin sekitar pukul 14.00 adalah fitnah. Karena itu, Denny meminta keduanya menyampaikan permintaan maaf terbuka.
“Saya haqul yakin tuduhan itu omong kosong. Maka, jika dalam waktu 1 x 24 jam Murod dan Tri tidak minta maaf secara terbuka, saya akan melaporkan fitnah ini ke pihak yang berwajib,” kata Denny.
Denny menilai fitnah ini adalah bentuk perlawanan terhadap upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK. Ma'mun Murod Al-Barbasy mengatakan, pertemuan sehari sebelum Ketua Presidium Nasional PPI Anas Urbaningrum dijadwalkan diperiksa KPK ini seolah KPK 'melapor' kepada penguasa.
Pada Selasa, 7 Januari 2014, Anas Urbaningrum mangkir dari panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi untuk dimintai keterangan sebagai tersangka. Kubu mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini menyatakan tak paham alasan penetapan Anas sebagai tersangka.
Pada Selasa sore, KPK kembali mengirimkan surat panggilan untuk Anas Urbaningrum. Ketua KPK Abraham Samad mengatakan, jika setelah tiga kali dipanggil Anas tetap absen, akan dilakukan pemanggilan paksa.
