Sebuah kaos bergambar wajah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang bertuliskan Jokowi 2014 dijual seharga 50 ribu ruoiah usai berakhirnya acara Rakernas PDIP di Ancol, Jakarta, (8/9). TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Demokrat dinilai memainkan politik dua kaki ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Politik dua kaki ini terlihat dari perbedaan sikap kader Demokrat ke Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Sangat jelas kebisingan yang dibangun kader Partai Demokrat," kata pengamat politik, Ari Dwipayana, saat dihubungi, Senin, 18 November 2013. Ari mencontohkan serangan yang dilancarkan kader Demokrat kepada Jokowi. Misalnya, soal kebakaran dan kemacetan yang menjadi perhatian Pemerintah DKI Jakarta.
Menurut Ari, strategi ini ada hubungannya dengan elektabilitas PDI Perjuangan yang semakin melambung tinggi. Di sisi lain, elektabilitas Partai Demokrat juga tak kunjung terkerek. Persoalan lainnya adalah elektabilitas peserta Konvensi Demokrat juga tak ada yang bisa menyaingi Jokowi.
Strategi lain yang sedang dijalankan oleh Demokrat adalah mengambil hati Megawati. Ari mencontohkan sikap Pramono Edhie Wibowo dan Kristiani Herawati Yudhoyono yang memuji eks Presiden tersebut. Keduanya menunjukkan ke publik bahwa tidak ada persoalan saat kepemimpinan Megawati. Namun, Ari menilai, upaya meredam kegaduhan dan serangan pada Jokowi dinilai gagal karena sudah menjadi polemik di publik. "Sulit memulihkan kegaduhan ini," kata Ari.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan, ada tokoh partai yang berusaha menjegal Gubernur DKI sebagai bakal calon presiden. Tokoh ini dinilai khawatir bila elektabilitas Jokowi lebih tinggi dibandingkan calon lainnya. Manuver ini terlihat dari caranya meminta pengurangan berita tentang Jokowi dan mencari kesalahan Jokowi.
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.