Sejumlah kerabat Keraton Surakarta beradu mulut di depan Sasana Narendra, Solo, (26/8). Kejadian tersebut menjadi rangkaian konflik internal keraton yang telah berlangsung bertahun-tahun. Tempo/Ahmad Rafiq
"Mobilnya sudah kami sita kemarin," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Surakarta, Komisaris Rudi Hartono, Kamis, 29 Agustus 2013. Penyitaan barang bukti itu dilakukan untuk mempermudah pemeriksaan.
Hingga saat ini polisi belum menetapkan satu pun tersangka, termasuk pemilik mobil tersebut. "Semua masih kami dalami," kata Rudi. Selain mendalami kasus dugaan perusakan cagar budaya, saat ini polisi juga menangani laporan penyekapan atas diri Paku Buwana XIII.
Kubu Paku Buwana XIII, Bambang Pradotonagoro, mengatakan kasus perusakan benda cagar budaya masih sulit dibuktikan. Menurut dia, status kecagarbudayaan pintu keraton yang dirusak harus diteliti terlebih dulu.
"Belum tentu pintu tersebut merupakan benda cagar budaya," kata Bambang. Menurut dia, pintu menuju Sasana Putra itu sudah sering diganti. Hanya saja, dia mengaku tidak tahu persis kapan pintu itu terakhir kali diganti.
Apalagi pintu tersebut sengaja didobrak atas permintaan PB XIII yang terkunci di dalam keraton. "Sebagai upaya pertahanan diri atas penyekapan yang dilakukan oleh Dewan Adat," kata Bambang. Sebagai penguasa tertinggi di keraton, kata dia, PB XIII memiliki kewenangan untuk melakukan hal tersebut.
Sedangkan kubu Dewan Adat juga terus mendesak agar polisi mengusut tuntas kasus perusakan tersebut. Pengacara Dewan Adat, Elza Syarief, mengingatkan bahwa perusakan pada awal pekan kemarin merupakan kali kedua. "Beberapa tahun lalu juga sudah pernah terjadi dan kasusnya menguap," katanya.
Terjadi sejak 2004, Begini Awal Sejarah Konflik Keraton Surakarta
27 Desember 2022
Terjadi sejak 2004, Begini Awal Sejarah Konflik Keraton Surakarta
Sejarah awal konflik internal Keraton Surakarta akibat perebutan tahta raja antara Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi dan KGPH Tedjowulan sepeninggal Raja Paku Buwono XII pada 12 Juni 2004.