TEMPO Interaktif, Jakarta:Pengamat politik Universitas Gadjah Mada, Profesor Dr Afan Gaffar, meninggal dunia pada usia 55 tahun, Rabu (8/1), di Yogyakarta. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, ia berencana untuk memotong rambut. Tapi, Afan mendadak pingsan tak lama setelah sampai di sebuah salon, yang terletak di belakang rumahnya, di Desa Mbulusan, Sleman, Yogyakarta. Seorang dokter sempat memberikan bantuan pernafasan, tapi nyawanya tak tertolong lagi. Kemungkinan serangan jantung, kata dokter Tunggul Birowo. Pada tahun 1995, almarhum memang pernah menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta akibat pembesaran jantung. Meninggalnya Afan membuat kaget civitas akademika UGM. Rektor UGM, Profesor Dr Sofyan Effendi, mengaku baru sekitar 2 jam sebelumnya berbicara lewat telpon dengan Afan. UGM kehilangan salah satu ahli politik yang sangat menonjol, katanya. Menurut Sofyan, Afan banyak memberikan gagasan masalah kenegaraan lewat media massa maupun sewaktu aktif sebagai anggota KPU, juga untuk UU Kepartaian dan UU Pemilu. Afan juga peduli terhadap politik lokal dan soal onotomi daerah lewat Program Magister Studi Otonomi Daerah di UGM yang dipimpinnya. Selain itu, Afan juga memimpin Tim Perumus Rencana UU Keistimewaan Yogyakarta, yang belakangan menimbulkan pro dan kontra di kalangan rakyat Yogyakarta sendiri. Afan Gaffar lahir di Bima, Nusa Tenggara Barat, pada 21 Juni 1947. Ia menyelesaikan program master dalam ilmu politik di Political Science Nothern Ilinois, dan program doktor di Ohio State University. Di akhir hayatnya, Afan meninggalkan seorang istri dan dua anak. Rencananya, jenazah rencananya akan dimakamkan Kamis besok di Yogyakarta. (Fadjri-Tempo News Room)