Korban Peluru Nyasar Penyergapan Teroris Dioperasi
Editor
Yandi M rofiyandi TNR
Selasa, 23 Juli 2013 13:46 WIB
TEMPO.CO, Surabaya -- Sujiono, 57 tahun, warga yang menjadi korban peluru nyasar saat penyergapan terduga teroris Tulungagung, menjalani operasi di Rumah Sakit dr Iskak, Tulungagung, Selasa, 23 Juli 2013.
"Korban mengalami luka tembak di punggung," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Awi Setiyono, Selasa, 23 Juli 2013. Awi mengatakan, dalam evaluasi operasi penyergapan kemarin, masih diselidiki apakah peluru nyasar atau ricochet. Yang jelas, kata dia, ada korban dari masyarakat.
"Yang bersangkutan memang melintas," katanya. Jarak antara masyarakat yang menjadi korban dan lokasi penyergapan sekitar 25 meter. "Peluru bersarang di punggung dan dilakukan tindakan medis berupa operasi," kata Awi. Dia juga mengatakan, untuk kejadian ini, masih perlu pendalaman. "Ada uji forensik dan tentunya tim yang menangani hal itu," kata Awi.
Awi mengatakan, pada intinya semua pihak tidak berharap ada masyarakat yang menjadi korban. "Namun semua juga harus menyadari kalau operasi ini tidak mudah, apalagi dalam situasi tertentu di mana target mengeluarkan senjata dan juga membawa bom," kata dia. Dengan perlunya tindakan cepat, walaupun sudah berhati-hati, tetap saja dimungkinkan ada peluru nyasar.
Detasemen Khusus 88 Antiteror menembak mati dua terduga teroris, Dayat dan Rizal, di Jalan Pahlawan, Tulungagung, Senin pagi kemarin, 22 Juli 2013. Tim dari Densus melakukan penyergapan sekitar pukul 08.45 WIB. Saat itu ada empat tersangka teroris yang disergap. Dua di antaranya, yang melakukan perlawanan dengan mengeluarkan senjata api, ditembak mati. Seorang tewas di lokasi kejadian, sementara seorang lagi tewas di rumah sakit. Polisi menyita tas ransel berisi bom dari dua terduga teroris yang tewas tertembak itu.
DAVID PRIYASIDHARTA
Terhangat:
Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Daging Impor
Berita populer:
Beredar Video FPI Merusak Toko di Makassar
FPI: SBY yang Harus Menahan Diri
Tifatul Sembiring: Tempo Lebay