Sejumlah umat muslim korban gempa melaksanakan ibadah salat Tarawih pada malam pertama Ramadan di tenda darurat lokasi pengungsian Kute Glime, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Selasa (9/7). ANTARA/Rahmad
TEMPO.CO, Banda Aceh - Warga Kampung Lot Kala, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, membangun kembali masjid mereka dengan bahan triplek dan seng. Masjid lama bernama Al-Zikra tak layak lagi digunakan, rusak akibat gempa 6,2 Skala Righter pada 2 Juli 2013 lalu.
Warga kampung yang terletak di pinggir Danau Laut Tawar itu membangun sendiri masjidnya dengan swadaya. Beberapa bahan diambil dari masjid lama, dan selebihnya dibeli. "Dibangun oleh masyarakat sendiri selama dua hari dan siap pakai," kata Kepala Kampung setempat, Kurnia Gading seperti rilis yang disampaikan Humas Aceh Tengah, Ahad 14 Juli 2013.
Bagunan mesjid triplek yang memiliki luas sekitar 25 x 25 meter itu, menggunakan 80 batang kayu, 100 triplek dan 2 rol terpal serta beberapa bahan lain yang diambil dari bangunan Mesjid lama yang masih dapat dimanfaatkan. Bagian atapnya memakai seng.
Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin mengatakan upaya tersebut perlu dicontoh bagi desa lainnya yang masjidnya rusak akibat gempa. "Setidaknya memberikan waktu yang lebih lama bagi warga setempat untuk menggunakannya sembari menunggu pembangunan mesjid yang lebih permanen," ujarnya.
Dia menilai, dibandingkan dengan masjid tenda seperti umumnya tempat ibadah di lokasi bencana, masjid bangunan mesjid berdinding triplek ini sudah jauh lebih baik dan nyaman. Disebutkan ada 136 masjid dan tempat ibadah lainnya yang rusak akibat gempa.