Panglima Kodam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso. ANTARA/Anis Efizudin
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Panglima Daerah Militer IV Diponegoro, Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso, membantah pencopotannya sebagai Pangdam terkait dengan penyerangan ke Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut dia, masa jabatan yang diembannya selama bertugas di TNI Angkatan Darat relatif singkat.
"Saya jabatannya cepat-cepat, kok. Sekitar tujuh bulan, sembilan bulan. Yang ini (Pandam IV) agak lama," kata Hardiono Saroso saat ditemui dalam acara olahraga pagi di Monumen Nasional, Selasa, 9 April 2013.
Hardiono diangkat menjadi Pangdam Diponegoro pada 9 Juli 2012 menggantikan Mayor Jenderal Mulhim Asyrof. Ia kemudian dimutasi menjadi Perwira Tinggi TNI non-job pada 7 April 2013.
Mutasinya ini diduga terkait dengan pengakuan 11 anggota Komando Pasukan Khusus Grup II Kandang Menjangan Kartasura sebagai pelaku penyerangan dan penembakan empat tahanan di Cebongan. Hardiono sempat memberikan pernyataan keras bahwa Kopassus Kandang Menjangan tidak terlibat sejak hari kejadian, 23 Maret 2013.
Hardiono sendiri dimutasi ke Markas Besar TNI menjadi salah satu staf Kepala Staf Angkatan Darat Pramono Edhie. Ia juga sudah mulai aktif menjalankan tugasnya sejak kemarin, dan hari ini turut hadir dalam olahraga bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Bantu-bantu Pak KSAD," kata dia.