Penanganan HIV/AIDS di Bali Terhambat Aturan  

Reporter

Sabtu, 19 Januari 2013 15:34 WIB

REUTERS/Ajay Verma

TEMPO.CO, Denpasar - Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Penanggulangan HIV Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali, Prof. Dr. Dewa Wirawan, mengemukakan berbagai hambatan untuk menekan laju penularan HIV/AIDS di Bali.

Pada saat menjadi pembicara dalam acara media briefing yang digelar Komunitas Jurnalis Peduli AIDS (KJPA) Bali, di Denpasar, Sabtu, 19 Januari 2013, Wirawan mengatakan hingga saat ini belum ada aturan yang tegas berkaitan dengan keharusan penggunaan kondom pada setiap transaksi seksual di kalangan pekerja seks komersial (PSK). “Hal seperti ini yang menyebabkan penularan melalui jalur heteroseksual masih sangat tinggi,” katanya.

Wirawan mengungkapkan, dari 6.971 kasus HIV/AIDS di Bali, penularan akibat perilaku heteroseksual mencapai 75,80 persen atau 5.284 kasus. Peringkat kedua penularan adalah akibat penggunaan jarum suntik secara bergantian di kalangan pecandu narkoba yang mencapai 11,59 persen atau 808 kasus. “Selebihnya karena perilaku homoseksual, prenatal, dan lain-lain,” ujarnya.



Indikasi rendahnya penggunaan kondom terlihat dari hasil survei di kalangan PSK. Hanya 30 persen yang menggunakan kondom saat melayani pelanggannya. Padahal, sesuai standar World Health Organization (WHO), penularan baru bisa ditekan bila angkanya mencapai 80 persen. Kenyataan inilah yang menyebabkan Bali gagal memenuhi seluruh target Millenium Development Goals.

Wirawan menegaskan, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2006 tentang Penanggulangan HIV/AIDS semestinya bersifat tegas yang disertai ancaman sanksi apabila keharusan penggunaan kondom dilanggar. Bahkan, peraturan tersebut harus lebih ditujukan kepada pemilik usaha prostitusi, bukan kepada PSK. Sebab, posisi PSK tergantung bosnya.

Itu sebabnya, kata Wirawan, harus ada ketentuan yang mengatur agar para bos PSK memastikan anak buahnya menggunakan kondom saat melayani tamunya. Juga kewajiban para bos merawat kesehatan PSK serta langkah-langkah pencegahan lainnya.

Wirawan tidak setuju penanganan masalah HIV lebih mengedepankan langkah represif, seperti membubarkan tempat pelacuran dan mengusir para PSK. Sebab langkah itu hanya akan menimbulkan masalah di tempat lain. Ketika merasa situasinya sudah aman, mereka kembali ke Bali.

Menurut Wirawan, yang perlu dilakukan pemerintah adalah pembatasan jumlah PSK serta mendorong mereka beralih ke pekerjaan lain yang lebih baik dan bermartabat.

ROFIQI HASAN

Berita terkait

Pasien HIV Tertutup dengan Statusnya, Tantangan Tersulit Tenaga Kesehatan Berikan Layanan

10 Desember 2023

Pasien HIV Tertutup dengan Statusnya, Tantangan Tersulit Tenaga Kesehatan Berikan Layanan

Orang dengan HIV diharapkan tidak menutup status kesehatannya. Tenaga kesehatan dan komunitas bisa mendampingi mereka demi kualitas hidup yang baik.

Baca Selengkapnya

Satu Pasien Kritis Cacar Monyet Meninggal di RSCM, Punya Riwayat Positif HIV

23 November 2023

Satu Pasien Kritis Cacar Monyet Meninggal di RSCM, Punya Riwayat Positif HIV

Satu pasien cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) dalam kondisi kritis meninggal di RSCM. Punya riwayat penyakit HIV.

Baca Selengkapnya

Fakta Menarik Buah Matoa dari Papua, Diklaim Bisa Cegah Terbentuknya Virus HIV

19 November 2023

Fakta Menarik Buah Matoa dari Papua, Diklaim Bisa Cegah Terbentuknya Virus HIV

Buah matoa banyak terdapat di Papua. Buah itu masih satu keluarga dengan kelengkeng dan rambutan.

Baca Selengkapnya

AJI Sebut Sejumlah Media Abai Kode Etik dalam Memberitakan Kekasih Mario Dandy

8 Maret 2023

AJI Sebut Sejumlah Media Abai Kode Etik dalam Memberitakan Kekasih Mario Dandy

AJI Indonesia mendesak media mematuhi kode etik jurnalistik dalam memberitakan kekasih tersangka kasus penganiayaan, Mario Dandy Satriyo.

Baca Selengkapnya

Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!

2 Desember 2022

Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!

Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.

Baca Selengkapnya

Rent, Drama Musikal Pertunjukan Broadway akan Ditampilkan di Jakarta

18 November 2022

Rent, Drama Musikal Pertunjukan Broadway akan Ditampilkan di Jakarta

Drama musikal Rent berkisah tentang sekelompok seniman muda yang bertahan hidup dari kondisi kemiskinan dan bayang-bayang penyakit HIV/AIDS.

Baca Selengkapnya

Romantika Merawat Anak dengan HIV / AIDS

25 September 2022

Romantika Merawat Anak dengan HIV / AIDS

Merawat anak dengan HIV / AIDS menjadi tantangan besar bagi orang tua.

Baca Selengkapnya

Kasus HIV di Kota Bandung Bertambah 400 Orang Setiap Tahun

30 Agustus 2022

Kasus HIV di Kota Bandung Bertambah 400 Orang Setiap Tahun

Berdasarkan pola penyebarannya, mayoritas kasus HIV di Kota Bandung pada kalangan heteroseksual, kemudian pengguna narkoba dengan cara suntik.

Baca Selengkapnya

World AIDS Day 2021: Perlu Kemitraan Hadapi Ketidaksetaraan di Masa Pandemi

1 Desember 2021

World AIDS Day 2021: Perlu Kemitraan Hadapi Ketidaksetaraan di Masa Pandemi

Dunia akan memasuki tahun ketiga pandemi Covid 19, demikian juga epidemi HIV/AIDS akan memasuki dekade kelima.

Baca Selengkapnya

Kasus HIV / AIDS di Marauke Papua Terus Mengalami Peningkatan

7 September 2021

Kasus HIV / AIDS di Marauke Papua Terus Mengalami Peningkatan

Meningkatnya angka kasus penderita HIV / AIDS di Merauke, Januari-Juni 2021 terdapat 53 kasus baru yang muncul, setengah dari akumulatif tahun 2020.

Baca Selengkapnya