TEMPO.CO, Jakarta--Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan pengidap HIV/AIDS di Indonesia mayoritas disebabkan maraknya perilaku seks berisiko. Dari sekitar 545.248 orang penderita HIV/AIDS, 71 persennya disebabkan perilaku seks heteroseksual berisiko.
"Kasus AIDS berdasar faktor risiko penularan yang tertinggi adalah melalui heteroseksual, kemudian diikuti pengguna Napza suntik sebesar 18,7 persen, dan perilaku lelaki seks lelaki (homoseksual) sebesar 3,9 persen," kata Nafsiah di kantornya, Selasa, 23 Oktober 2012.
Meski diperkirakan ada lebih dari 500 ribu penderita HIV/AIDS, sejauh ini hanya 86.762 pengidap penyakit tersebut yang melapor ke layanan konseling. Adapun hingga Juni 2012, pasien yang masih aktif menjalani terapi sebanyak 27.175 orang.
Menurut Nafsiah, rehabilitasi masih menjadi cara paling ampuh untuk dijalani penderita HIV/AIDS. Cara itu dinilai bisa mengurangi tekanan jiwa para pengidap penyakit tersebut. Adapun cara preventif disebut Nafsiah bisa dilakukan dengan cara sosialisasi, baik oleh pakar kesehatan maupun tokoh agama.
Nafsiah juga menekankan pentingnya penggunaan kondom untuk para pelaku seks berisiko. Hal itu dinilai ampuh untuk mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS. Apalagi, saat ini ada 6-8 juta penduduk Indonesia yang melakukan seks berisiko.
"Kampanye ini memang sensitif. Namun ini jadi tantangan buat kami, untuk menjelaskan pentingnya penggunaan kondom tanpa terkesan kami menganjurkan perilaku seks bebas," ujar Nafsiah.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.