Mantan politisi dan budayawan Betawi Ridwan Saidi (tengah) terlihat dalam acara Halal Bihalal Jokowi-Ahok yang berlangsung di posko kemenangan Jokowi Jl. Borobudur nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/8). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat partai Islam, Ridwan Saidi, menyatakan saat ini publik tidak lagi mempercayai kelembagaan Islam. "Bukan hanya pada partai Islam-nya, tetapi kepada kelembagaannya. Contoh, MUI (Majelis Ulama Indonesia). Label halal itu kan juga ada fulusnya, nah, orang enggak percaya," kata Ridwan dalam diskusi polemik "Kata Survey: Partai Islam Merosot", di Warung Daun Cikini, Sabtu, 20 Oktober 2012.
Mantan anggota DPR dari Partai Persatuan Pembangunan ini menambahkan, publik saat ini lebih cenderung pada ketokohan individu-individu. "Contohnya Jokowi, sekarang dia menjadi media darling," kata dia.
Menjabat sebagai anggota DPR dari partai Islam selama dua periode kepemimpinan, Ridwan menilai saat ini partai Islam sedang menggali liang lahatnya sendiri. "Harus disadari partai Islam sudah berakhir," Ridwan melanjutkan.
Faktor berakhirnya partai Islam disebabkan ada pertengkaran antar-sesama partai Islam, tidak adanya program yang jelas, dan tidak adanya tokoh nasional yang dapat dipercaya oleh masyarakat. "Lihat saja Pilkada DKI, banyak pemilih Islam, tapi malah tokoh Islam kalah," kata Ridwan.
Strategi salah lainnya, saat ada beberapa sukarelawan mengkafirkan pemeluk agama Islam jika tidak memilih partai Islam. "Memang lu yang pegang kunci pintu surga?" ujar budayawan Betawi ini.