108 Arwah Korban G30S Disucikan di Bali  

Reporter

Minggu, 30 September 2012 19:28 WIB

Sejumlah umat Hindu Bali melakukan persembahyangan dalam Upacara Atma Wedana Penyucian Korban Revolusi G30S 1965 di Pelataran Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Denpasar, Bali, Minggu (30/9). TEMPO/Johannes P. Christo

TEMPO.CO, Denpasar--108 jenasah korban Gerakan 30 September 1965 mendapat upacara penyucian di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Renon, Denpasar, Ahad, 30 September 2012. Jumlah ini diyakinkan bisa mewakili seluruh korban revolusi tahun itu, di Bali dan luar Bali.

Hadir dalam acara ini, putri Proklamator RI, Sukmawati Soekarno Putri beserta Amelia Yani, putri Pahlawan Revolusi Letjen Ahmad Yani. Keduanya merasa terharu dan bangga dengan upacara ini. "Saya berharap agar arwah nenek moyang dan pahlawan bisa diterima di sisi-Nya," ujar Amelia yang mengenakan atasan putih ini.

Dengan penyucian ini, lengkap sudah runtutan upacara secara Hindu bagi korban. Untuk itu, diharapkan arwah nenek moyang tenang dan mendapat tempat yang layak di alam baka.

"Banyak yang tidak berani mengadakan upacara, karena takut dianggap PKI dan takut dimusuhi. Upacara ini diadakan untuk para leluhur yang menjadi korban, yang tidak sempat diupacarai. Benar atau salah perbuatan mereka adalah urusan Tuhan, bukan kita," ujar Presiden Yayasan Sukarno Center, Arya Wedakarna selaku penyelenggara acara.

Dalam pidatonya, Arya menyebutkan bahwa ada ratusan ribu nyawa orang Bali dibunuh pada 1965-1966, karena dianggap sebagai komunis dan tidak bertuhan. Padahal, komunis itu hanyalah sebuah sistem politik.

Jumlah 108 nama yang ikut dalam upacara ini hanya sedikit dari sekian banyak korban. Pun, jumlah ini bisa mewakili arwah-arwah korban lainnya.

"Dalang dari gerakan pada 30 September 1965 itu adalah koalisi antara militer, pengusaha dan ulama," ujar pria yang juga mengklaim dirinya sebagai Raja Majapahit Bali.

Sejumlah keluarga yang menjadi korban tahun 1965 juga hadir. Salah satunya adalah keluarga dari Gede Tegeg, asal Kubu Tambahan, Singaraja. Gede Rohita, anak korban, merasa bangga dengan terselenggaranya acara ini.

Dia merasa, ada yang salah dengan sejarah. Dan ini saatnya untuk memperbaiki.

"Bapak saya bukan komunis, dulu dibunuh karena ada sentimen pribadi masalah kepemilikan tanah. Itu dijadikan kesempatan," terang Rohita. Dengan peristiwa menyedihkan itu, keluarganya sempat mendapat intimidasi dari banyak pihak.

Tentang pemulihan nama baik, tentu saja pihak keluarga sangat berharap. "Harusnya itu (pemulihan nama baik-red) menjadi tanggung jawab pemerintah," ucapnya.

KETUT EFRATA

Baca juga:
Edisi Khusus Film Pengkhianatan G 30 S/PKI
Cerita di Balik Penghentian Pemutaran Film G30S

TNI Dilibatkan untuk Datangkan Djoko Susilo?

Aidit Merokok, Deskripsi Politik Film G30S

Kala G30S, Soekarno: Ini Kemunduran 20 Tahun

Soekarno Sempat Beraktivitas Biasa Saat G30S

Berita terkait

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

18 November 2023

Anies Baswedan di Ijtima Ulama Sebut Tak Kompromi dengan Komunisme

Anies Baswedan mengatakan, pihaknya memahami betul bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang berdasar Pancasila.

Baca Selengkapnya

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

28 September 2023

Situasi Politik Jakarta Menjelang Peristiwa G30S 1965, PKI dan TNI Bersitegang Soal Angkatan Kelima

Menjelang meletusnya G30S 1965, situasi politik sangat tegang. PKI dan TNI bersitegang soal angkatan kelima.

Baca Selengkapnya

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

5 Mei 2023

Hari Ini 205 Tahun Kelahiran Karl Marx, Jejak Filsuf yang Bolak-balik Dideportasi

Pemikiran Karl Marx dituangkan pada sejumlah buku, dua di antaranya adalah Das Kapital dan Communist Manifesto.

Baca Selengkapnya

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

26 Februari 2023

Mengenang Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno - Hatta

Tan Malaka salah satu pahlawan nasional, dengan banyak nama. Pemikirannya tentang konsep bangsa Indonesia diserap Sukarno - Hatta.

Baca Selengkapnya

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

7 Januari 2023

Anwar Ibrahim Jamin Tak Akui LGBT, Sekularisme, Komunisme di Pemerintahannya

PM Malaysia Anwar Ibrahim menegaskan tak akan menerima LGBT, sekularisme, dan komunisme di pemerintahannya. Ia mengatakan telah difitnah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

29 November 2022

Pemerintah Sebut Pasal 188 RKUHP Tak Akan Cederai Kebebasan Berpendapat

Juru Bicara Tim Sosialisasi RKUHP, Albert Aries mengatakan pasal 188 tidak akan mencederai kebebasan berpikir dan berpendapat.

Baca Selengkapnya

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

29 November 2022

Perlu Tafsir Ketat Soal Larangan Penyebaran Paham yang Bertentangan dengan Pancasila di RKUHP

Anggota DPR Komisi Hukum Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari, menilai perlu ada tafsir ketat terhadap pasal 188 RKUHP.

Baca Selengkapnya

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

26 September 2022

5 Situasi Menjelang G30S, Pertentangan TNI dan PKI Makin Memanas

G30S menjadi salah satu peristiwa kelam perjalanan bangsa ini. Berikut situasi-situasi menjadi penyebab peristiwa itu, termasuk dampak setelah G30S.

Baca Selengkapnya

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

11 Juli 2022

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

RKUHP juga menyebut penyebaran ideologi komunisme atau marxisme-leninisme juga diancam penjara, kecuali belajar untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

1 Juni 2022

Sejak Kapan Hari Lahir Pancasila Jadi Hari Libur Nasional?

Pemerintah belakangan menetapkan Hari Lahir Pancasila sebagai hari libur nasional. Sejak kapan hal tersebut berlaku?

Baca Selengkapnya