Primata Indonesia Semakin Terancam Punah

Reporter

Editor

Minggu, 30 Mei 2004 16:38 WIB

TEMPO Interaktif, Malang: Untuk memberi pemahaman tentang primata (bangsa monyet dan kera) Indonesia perlu dilakukan pelatihan konservasi primata secara intensif bagi publik, khususnya kaum generasi muda. Lewat pelatihan ini diharapkan tumbuh kesadaran sekaligus kepedulian terhadap semua jenis primata di Indonesia. "Publik, khususnya generasi muda, memang perlu diberi pemahaman lebih dini tentang konservasi satwa.Diharapkan nantinya mereka peduli terhadap primata, apalagi di saat kehidupan primata Indonesia semakinterancam punah," kata Rosek Nursahid, Ketua ProFauna Indonesia, di sela rehat pelatihan konservasi primatadi P-WEC (ProFauna's Wildlife Education Center) di Desa Petungsewu, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (30/5).Dalam pelatihan dipaparkan betapa Indonesia memiliki kekayaan primata yang tinggi. Dari 195 spesies primatadi dunia, Indonesia mempunyai 40 spesies yang 24 di antaranya merupakan endemik. Artinya, primata-primataitu hanya dapat ditemukan secara alami di Indonesia. Semua primata itu tersebar mulai di Kepulauan Mentawai, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil lainnya. "Sayangnya, walau kita kaya primata, tapi banyak sekali anggota masyarakat kita yang awam tentang primata, terutama masalah identifikasi dan konservasinya," ujar Rosek di hadapan sekitar 200 peserta pelatihan yang berasal dari kalangan pecinta alam, organisasi mahasiswa, Departemen Kehutanan, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi lingkungan hidup.Rosek melanjutkan, hampir semua jenis primata di Indonesia telah dilindungi undang-undang, kecuali monyet ekor panjang dan beruk. Dilindungi undang-undang lantaran keberadaannya terancam punah akibat konversi lahan yang merusak dan bahkan menghilangkan ruang habitatnya, serta perburuan liar untuk diperdagangkan. ProFauna mencatat, sejumlah primata langka semisal orangutan, owa, kukang, dan lutung jawa masih dijualbebas di pasar burung dan mal. Primata-primata ini ditangkap di alamnya. Alhasil, di beberapa tempatprimata telah hilang. Rosek mencontohkan lutung jawa yang merupakan primata endemik di Jawa dan Bali. Di Jawa Timur lima sampaienam tahun silam, lutung jawa (Trachypithecus auratus) masih gampang dijumpai di kawasan hutan di Malang(Gunung Kawi, Gunung Arjuno, dan Cangar), hutan Gunung Panderman di Kota Batu, serta Taman NasionalMerubetiri di Jember-Banyuwangi, dalam 5-7 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan sekitar 20 ekor lutungJawa. "Sekarang, paling banter yang kelihatan cuma satu sampai dua kelompok lutung jawa, pada pagi dan sorehari. Itu pun kita untung-untungan saja karena keberadaan mereka sudah sangat langka," Rosek menegaskan.Ironisnya, sampai kini belum ada data ilmiah menyangkut total jumlah lutung jawa yang ada. Sementara data belum ada, keberadaan lutung jawa terus terancam terutama oleh perburuan liar untuk diambil dagingnya. Di pasar satwa atau pasar gelap lainnya, daging lutung jawa dihargai antara Rp 5 ribu sampai Rp 7 ribu per kemasan. Pasar utama daging lutung jawa adalah Bali. Perdagangan daging lutung jawa sulit dipantau karena biasanya pemburu mengulitinya langsung di hutan dankemudian diawetkan di dalam kemasan yang kebanyakan bekas tempat ikan. Perburuan paling ganas di Pandermandan Merubetiri. Sialnya lagi, pelaku pembantaian maupun pedagang lutung jawa masih banyak yang berkeliaran bebas.Hingga sekarang baru satu kasus yang dibawa ke pengadilan. Pada tiga orang warga Jember tertangkapbasah sedang memotong-motong sepuluh ekor lutung jawa. Mereka pertama sekali disidang di Pengadilan NegeriJember pada 26 April lalu dan sampai sekarang persidangannnya masih berlangsung. Rosek menyimpulkan, primata mempunyai peran cukup vital dalam menjaga kelestarian hutan. Mereka membantupenyebaran biji tumbuhan di hutan tak lain karena sebagian besar primata di alam mengkonsumsi buah dandaun. Selain itu primata dapat dijadikan sebagai obyek wisata alam bernilai tinggi. Ada banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia hanya untuk melihat orangutan atau owa di alam. Jikadijadikan obyek ekoturisme tentu primata-primata itu mendatangkan keuntungan lebih besar dibanding jikadiburu dan dijual sebagai satwa peliharaan. Abdi Purmono - Tempo News Room

Berita terkait

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

30 Oktober 2023

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

Lumba-lumba air tawar yang sangat langka mati di tempat baru di sepanjang Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

26 September 2019

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

Keberadaan binatang langka atau unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya bernama, dipublikasikan oleh The Conversation.

Baca Selengkapnya

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

7 Februari 2019

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

Seekor bulus sepanjang 1 meter dititipkan dan dirawat di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

19 September 2018

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Seorang wanita, Nadhila Utama, mengajukan gugatan perdata Rp 1,3 miliar terhadap dokter hewan ke Pengadilan Tangerang karena anak anjingnya mati.

Baca Selengkapnya

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

6 Maret 2018

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

Harimau Sumatera yang mati ditombak warga di Mandailling Natal ternyata sudah tak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh Harimau Sumatera itu hilang.

Baca Selengkapnya

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

28 Januari 2018

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

Pada peringatan Hari Primata Indonesia, IAR akan melepasliarkan 15 ekor kukang jawa di Gunung Sawal, pada Selasa 30 Januari 2018.

Baca Selengkapnya

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

7 Juli 2017

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Sekelompok nelayan menemukan bayi porpoise (mamalia mirip lumba-lumba) berkepala dua.

Baca Selengkapnya

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

26 Juni 2017

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

Bayi lutung perak berusia 1 bulan ini masih disusui induknya dan bakal berubah warna dalam setahun.

Baca Selengkapnya

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

11 Mei 2017

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

Sebanyak 30 kukang hasil sitaan dari pedagang online akhirnya dikembalikan ke alam liar BBKSDA wilayah Jawa Barat di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Baca Selengkapnya