Soal Pilkada, Anas Tak Sepakat dengan NU  

Selasa, 18 September 2012 14:26 WIB

Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum saat menghadiri acara HUT ke 8 Gerakan Aman, Adil dan sejahtera Untuk Indonesia (Garansi) di Istora Senayan, Jakarta, Senin (16/7). TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta -- Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menegaskan dirinya tak sepakat dengan pandangan Nahdlatul Ulama tentang pemilihan kepala daerah secara langsung. "Dulu, seingat saya, kenapa pilkada langsung jadi pilihan karena politik uang yang luar biasa di DPRD," kata Anas di sela "Pengukuhan Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia", Selasa, 18 September 2012.

Musyawarah alim ulama NU kemarin meminta pemerintah menghapus sistem pemilihan langsung gubernur, bupati, dan wali kota. Organisasi massa Islam terbesar di Indonedia ini menilai, pemilihan langsung kepala daerah yang berjalan selama ini dinilai tak efektif dan hanya menghamburkan uang negara.

"Hanya mendidik rakyat menjadi pengemis pada kandidat, rakyat dididik menjual hati nuraninya demi fasilitas," kata Khatib Aam Syuriah Pengurus Besar NU, Malik Madani, di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, Ahad lalu. "Karena itu, kami merekomendasikan pemilihan kepala daerah dikembalikan ke DPRD."

Anas menilai sikap NU tentang pilkada langsung itu justru mundur dari semangat demokratisasi. Meski demikian, ia menganggap permintaan tersebut dapat dijadikan masukan untuk kajian yang lebih mendalam. "Dikaji secara jernih dan obyektif, politik uang itu lebih banyak di pemilihan langsung atau lewat DPRD," ujar dia. "Biar pilihan kebijakan tidak emosional."

Anas menilai, pembahasan mendalam itu perlu dilakukan supaya sistem pilkada tidak kerap berubah setiap kali dinilai mengecewakan. "Dulu juga begitu, pemilihan melalui DPRD banyak sekali kritiknya," katanya.

Sikap senada dilontarkan Siti Zuhro, peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI. Menurut Siti, pengembalian sistem pemilihan kepala daerah menjadi tidak langsung lewat DPRD tidak menjamin pelaksanaan demokrasi terbebas dari praktek politik uang. "Siapa yang menjamin demokrasi melalui DPRD tidak ada money politics? Justru semakin memperkuat demokrasi yang elitis, transaksional, dan tertutup," ujar peneliti senior yang hari ini dikukuhkan menjadi profesor riset bidang ilmu politik LIPI.

Siti mengatakan, pilkada langsung tidak bisa dipisahkan dari otonomi daerah. Pilkada langsung dipilih karena pemberlakuan otonomi daerah. Otonomi diperlukan lantaran pemerintah daerah dituntut kreatif dan mampu berinovasi serta mempraktekkan pembangunan yang memajukan daerah. "Demokrasi partisipatoris melalui pilkada atau pemilu langsung presiden itu menjadi sesuatu yang mewah bagi masyarakat," ujar dia.

MAHARDIKA SATRIA HADI

Berita lain:
Pilkada DKI: Agama Yes, Prabowo No
50 Foto Topless Kate Middleton Ada di Majalah Chi

Selingkuhan Rooney dan Balotelli Hamil

Survei: Foke Versus Jokowi, Kalah Tipis

Di Hotel Ini, Pengguna Toilet Diintip Pejalan Kaki

Polisi Anggap 20 Penyidik di KPK Ilegal

Berita terkait

Prabowo Tiba di Kantor PBNU, Karpet Merah Digelar

4 hari lalu

Prabowo Tiba di Kantor PBNU, Karpet Merah Digelar

Prabowo disambut oleh Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf dan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas.

Baca Selengkapnya

Menteri hingga Panglima TNI Dijadwalkan Hadir di Halalbihalal PBNU

4 hari lalu

Menteri hingga Panglima TNI Dijadwalkan Hadir di Halalbihalal PBNU

Halalbihalal PBNU juga akan dihadiri duta besar negara sahabat.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Dijadwalkan Hadiri Halalbihalal PBNU Hari ini

4 hari lalu

Prabowo-Gibran Dijadwalkan Hadiri Halalbihalal PBNU Hari ini

Prabowo dijadwalkan menyampaikan pidato di acara tersebut.

Baca Selengkapnya

PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

15 hari lalu

PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Ini alasan berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII pada 1960.

Baca Selengkapnya

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

20 hari lalu

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.

Baca Selengkapnya

Hilal Sudah Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1445 H Rabu 10 April 2024

23 hari lalu

Hilal Sudah Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Idulfitri 1445 H Rabu 10 April 2024

Keputusan berdasar pada Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang jadi pedoman Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Baca Selengkapnya

Lebaran Tanggal Berapa? Ini Jadwal Idul Fitri 2024 Versi Muhammadiyah dan NU

24 hari lalu

Lebaran Tanggal Berapa? Ini Jadwal Idul Fitri 2024 Versi Muhammadiyah dan NU

Idul Fitri jatuh tanggal berapa? Untuk Muhammadiyah sudah ditetapkan jika Idul Fitri jatuh pada hari Rabu, 10 April 2024. Lalu, NU kapan?

Baca Selengkapnya

PBNU dan PP Muhammadiyah Tanggapi Hasil Rekapitulasi KPU Tetapkan Prabrowo-Gibran Menang Pilpres 2024

39 hari lalu

PBNU dan PP Muhammadiyah Tanggapi Hasil Rekapitulasi KPU Tetapkan Prabrowo-Gibran Menang Pilpres 2024

KPU menetapkan Prabowo-Gibran menang Pilpres 2024. Begini tanggapan PBNU dan PP Muhammadiyah, dua ormas terbesar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali PPP Gagal Masuk Senayan, Ini Profil Partai dengan Tagline Rumah Besar Umat Islam

41 hari lalu

Pertama Kali PPP Gagal Masuk Senayan, Ini Profil Partai dengan Tagline Rumah Besar Umat Islam

PPP salah satu partai terlama sejak Orde Baru, selain PDIP dan Golkar. Ini profil dan perolehan suara sejak Pemilu 1999, 2004, 2009, 2014, 2019, 2024

Baca Selengkapnya

Hubungan Kekerabatan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf

50 hari lalu

Hubungan Kekerabatan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf bersaudara, keduanya putra K.H. Muhammad Cholil Bisri.

Baca Selengkapnya