Unjuk Rasa Penolakan Capres-Cawapres Militer Berdatangan

Reporter

Editor

Jumat, 21 Mei 2004 16:34 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta, Malang, Mataram, Kendari: Enam tahun reformasi diwarnai berbagai unjuk rasa. Di Jakarta, sekitar seratus orang dari Forum Mahasiswa Kawasan Timur mendatangi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menyatakan penolakannya terhadap calon presiden dan calon wakil presiden dari militer. "Militer tidak berhak memimpin negeri ini setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada 21 Mei 1998. Kami menolak negeri ini dipimpin kalangan militer maupun eks militer," kata Rahayaan Rusli juru bicara Forum Mahasiswa Kawasan Timur (FORMAT) di Jakarta, Jumat (21/5).Rahayaan juga mengingatkan, banyak kasus pelanggaran HAM, munculnya perebutan tanah rakyat tanpa ganti rugi yang layak, maraknya KKN dan penindasan hak-hak sipil dalam memperoleh informasi, terjadi pada masa orde baru yang dipimpin seorang militer. Demo ini dilakukan dengan membawa spanduk yang berisi penolakan terhadap calon presiden dan calon wakil presiden dari militer dan bendera FORMAT. Demo kemudian dilanjutkan menuju bundaran HI. Juga menurut Rahayaan untuk memperingati 6 tahun tumbangnya rezim Orde Baru, nanti malam beserta elemen aksi lainnya akan mengadakan renungan di KPU.Bahkan di Kendari, sekitar 400 mahasiswa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dan lembaga pendidikan di Kota Kendari menahan tiga unit truk milik TNI/Polri saat melakukan aksi unjuk rasanya. Ketiga truk itu terdiri atas dua unit milik TNI dan satu lainnya milik Polresta Kendari. Kedua truk milik Batalyon 725 Woroagi yang disandera itu sedang dalam perjalanan pulang mengantar kembali markasnya satu satuan setingkat kompi prajurit TNI yang baru saja usai mengikuti upacara peringatan hari Kebangkitan Nasional di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara. Sementara itu, satu unit truk milik Polresta Kendari yang ikut disandera saat itu sedang mengangkut anggota polisi dari kesatuan Pengendali Massa (Dalmas) yang ditugaskan untuk mengamankan jalannya aksi mahasiswa.Awalnya, sempat terjadi ketegangan karena para mahasiswa bersikeras tidak memperbolehkan ketiga kendaraan milik aparat keamanan itu untuk lewat di jembatan Pasar Baru yang dijadikan lokasi unjuk rasa. "Karena TNI-Polri, tragedi Trisakti dan Semanggi terjadi hingga menelan korban mahasiswa," kata Koordinator Aksi, Nasrun Rely dalam orasinya. Menurut Nasrun, capres seperti Wiranto tidak pantas untuk ikut dalam pemilihan presiden, karena dianggap sebagai orang yang paling bertanggung-jawab dalam dua tragedi itu.Penolakan terhadap capres dan cawapres dari kalangan militer juga datang dari Malang. Di sela-sela memperingati enam tahun runtuhnya orde baru dan berjalannya reformasi, ratusan orang dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Malang, Komite Rakyat Anti-Militerisme (Koramil) dan Aliansi Mahasiswa untuk Demokrasi (AMUK) Universitas Muhammadiyah Malang, menuntut agar kalangan militer tidak maju dalam pemilihan presiden dan wakil presiden mendatang.. "Majunya calon presiden dan wakil presiden militer selain membuktikan betapa kalangan militer dan pendukungnya tidak sudi terhadap proses penegakan supremasi sipil, juga ditakutkan akan mengembalikan pola pemerintahan yang militeristik. Ingat, dalam sejarah kita di masa Orde Baru, militer adalah biang bencana di Republik ini," kata Nadhif, Juru Bicara Koramil.Wujud militeristik, kata Nadhif, sampai sekarang masih tampak nyata dari peran politik militer lewat lembaga teritorial TNI. Dengan alasan pengembangan lembaga ekonomi, TNI masih menduduki sejumlah tanah milik rakyat, seperti dalam kasus Senggreng di Kabupaten Malang dan Raci di Pasuruan. Selain itu, kepolisian seperti terlihat dalam kasus penembakan petani di Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar, Sulawesi Selatan dan penangkapan Amir Majelis Mujahidin Indonesia, Ustad Abu Bakar Ba'asyir juga menunjukkan wujud militeristik itu,Sementara itu, aksi unjuk rasa anti militeristik juga terjadi di Mataram. Bahkan, Polisi Pamong Praja (Pol PP) Kota Mataram dan sejumlah orang yang berpakaian menganiaya mahasiswa yang menggelar aksi di depan kantor Gubernur NTB itu. Akibat kejadian itu, seorang mahasiswa, Sabarudin, 22, tahun, berdarah pada keningnya akibat terkena pukulan hingga kini dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB. Abdi Purmono, Dedy Kurniawan, Muhammad Fasabeni, Sujatmiko Tempo News Room

Berita terkait

BEM SI Ungkap Kejanggalan Aksi Mahasiswa Dukung Gibran di Balai Kota Solo

6 Februari 2024

BEM SI Ungkap Kejanggalan Aksi Mahasiswa Dukung Gibran di Balai Kota Solo

Aksi di Balai Kota Solo tersebut juga langsung ditemui Gibran. Dia mengajak koordinator lapangan masuk ke ruang kantornya dan bertemu empat.

Baca Selengkapnya

Ratusan Mahasiswa Datangi Balai Kota Solo, Dukung Gibran di Pilpres 2024

6 Februari 2024

Ratusan Mahasiswa Datangi Balai Kota Solo, Dukung Gibran di Pilpres 2024

Tanpa berbasa-basi, Gibran langsung menandatangani selembar surat bertuliskan Paksa Integritas. Peserta aksi menciumi tangan Gibran.

Baca Selengkapnya

5 Gerakan Mahasiswa Indonesia Terbesar Sepanjang Sejarah dan Pemicunya

5 Februari 2024

5 Gerakan Mahasiswa Indonesia Terbesar Sepanjang Sejarah dan Pemicunya

Gerakan mahasiswa muncul karena proses demokrasi dianggap tidak berjalan sebagai mana mestinya

Baca Selengkapnya

Difitnah Drop Out Sampai IPK Jeblok, Ketua BEM UGM Buka Bukti Transkrip Nilai

21 Desember 2023

Difitnah Drop Out Sampai IPK Jeblok, Ketua BEM UGM Buka Bukti Transkrip Nilai

Aksi BEM UGM mengkritik Jokowi juga dianggap pesanan atau ditunggangi partai politik tertentu karena bersamaan momentun Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Dituding Anak Caleg, Ketua BEM UGM Pengeritik Jokowi Ambil Sikap Santai

16 Desember 2023

Dituding Anak Caleg, Ketua BEM UGM Pengeritik Jokowi Ambil Sikap Santai

Gielbran bersama BEM UGM sempat viral karena menggelar aksi dan memberikan gelar kepada Presiden Jokowi sebagai alumnus UGM paling memalukan.

Baca Selengkapnya

BEM UGM Minta Jokowi Bercermin Dulu Sebelum Singgung Etika Ketimuran Aksi Mahasiswa

16 Desember 2023

BEM UGM Minta Jokowi Bercermin Dulu Sebelum Singgung Etika Ketimuran Aksi Mahasiswa

Gielbran menyatakan, pihaknya justru bertanya-tanya ketika Jokowi menyinggung soal etika ketimuran saat mahasiswa menggelar aksi itu.

Baca Selengkapnya

Disebut Alumni Paling Memalukan, Jokowi Ingatkan BEM UGM soal Etika Ketimuran

11 Desember 2023

Disebut Alumni Paling Memalukan, Jokowi Ingatkan BEM UGM soal Etika Ketimuran

BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengkritik Jokowi sebagai 'Alumni UGM Paling Memalukan'.

Baca Selengkapnya

Nobatkan Jokowi Alumnus UGM Paling Memalukan, BEM UGM : Saatnya Turun ke Jalan

9 Desember 2023

Nobatkan Jokowi Alumnus UGM Paling Memalukan, BEM UGM : Saatnya Turun ke Jalan

"Sertifikat ini juga akan kami kirimkan langsung ke beliau (Jokowi), tapi lewat pos saja, karena kita malas di sana banyak tikus," kata Gielbran.

Baca Selengkapnya

Demonstrasi Mahasiswa di Gedung Sate, Peringati Kasus Pelanggaran HAM dan Tuntut Bey Machmudin Benahi Jawa Barat

29 September 2023

Demonstrasi Mahasiswa di Gedung Sate, Peringati Kasus Pelanggaran HAM dan Tuntut Bey Machmudin Benahi Jawa Barat

Ratusan mahasiswa demonstrasi di Gedung Sate menuntut PJ Gubernur cepat tanggap selesaikan persoalan di Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

LBH Pers Padang Desak Polisi Tangkap Pelaku Teror Mahasiswa di Bukittinggi

31 Agustus 2023

LBH Pers Padang Desak Polisi Tangkap Pelaku Teror Mahasiswa di Bukittinggi

Aktivis mahasiswa ini mengalami berbagai serangan perundungan, intimidasi, hingga teror, baik secara langsung dan tidak langsung.

Baca Selengkapnya