Megawati Soekarnoputri. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri risau dengan minimnya keterlibatan kader perempuan di partai. Para kader berkilah mereka tak mendapat dukungan suami. Padahal, tak ada kebijakan partai yang membatasi kesempatan politik para kader perempuan untuk maju.
"Banyak kader perempuan mengadu ke Ketum dilarang aktif oleh para suami dengan alasan takut tidak dapat diopeni istri," kata politikus PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari, Jumat, 20 April 2012.
Menurut Eva, hal ini diungkap mantan Presiden RI keempat itu ketika memberikan pidato politik pada peresmian acara pendidikan kader pendidik angkatan 3-4 PDIP di Wates, Kulonprogo, Kamis, 19 April 2012.
Para kader perempuan ini, kata Eva, mengeluhkan para suami yang keberatan jika mereka sering bepergian ke luar daerah atau pulang larut malam karena mengurus partai. Menanggapi keluhan itu, Megawati seraya bergurau menantang para kader perempuan partainya untuk "melawan" para suami supaya sadar akan hak-hak perempuan. "Boikot saja, tidak usah masak. Kalau suami marah-marah paling, kan, tidak lama. Demikian juga kalau suami keluar rumah, pasti akan kembali lagi," ujar Eva menirukan kalimat Mega.
Dukungan keluarga, kata Eva, memang hambatan kultural yang klasik. Namun, hal ini adalah pukulan telak bagi para perempuan yang sudah bangkit kesadaran berpolitiknya. PDI Perjuangan yang ketua umumnya seorang perempuan pun tidak steril terhadap permasalahan peradaban di seluruh belahan dunia ini.
"Sensitifitas Ketum terhadap isu gender menjelang peringatan Hari Kartini ini harus dimaknai sebagai sinyal bagi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) agar membuat kebijakan-kebijakan partai yang responsif gender," kata anggota Departemen Kaderisasi, Keanggotaan, dan Rekrutmen DPP PDI Perjuangan ini.