Massa Duduki Masjid Ahmadiyah  

Reporter

Editor

Jumat, 11 Maret 2011 13:17 WIB

TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO Interaktif, Cianjur - Puluhan orang dari Gerakan Reformis Islam (GARIS) siang ini masih menduduki masjid Al Ghofur milik Jamaah Ahmadiyah Indonesia di Cianjur, Jawa Barat. Pasalnya, mereka menganggap jamaah Ahmadiyah tidak kooperatif serta bersikukuh melakukan aktivitas. Mereka juga mengantisipasi rencana jamaah Ahmadiyah akan melakukan salat Jumat ulang karena salat Jumat bersama dianggap tidak sah.

"Buktinya, saat dilakukan salat Jumat bersama, mereka (jamaah Ahmadiyah) malah keluar masjid dan tidak melakukan salat Jumat dengan alasan tidak sah," ujar Ustad Ujang, pengurus GARIS Cianjur, Jumat (11/3).

Sebelumnya, prosesi khutbah Jumat berlangsung tertib dan khidmat. Para jamaah Ahmadiyah berdampingan dengan jamaah lain mengikuti khutbah. Namun, saat salat Jumat berlangsung, satu per satu jamaah Ahmadiyah mengundurkan diri. Hal tersebut membuat sebagian massa GARIS tersinggung.

Asep Ishamudin, Ketua JAI Cianjur Kota, mengatakan, perlu proses yang lama untuk membiasakan diri melakukan aktivitas beribadah secara bersama-sama. "Mungkin masih ada jamaah (Ahmadiyah) yang kaget dan tidak terbiasa," kata Asep.

Hingga saat ini, puluhan massa GARIS masih bertahan di masjid Al Ghofur. Mereka mengaku berjaga-jaga supaya jamaah Ahmadiyah tidak melakukan salat Jumat ulang.

DEDEN ABDUL AZIZ

Berita terkait

Pemerintah Diminta Perhatikan Jemaah Ahmadiyah NTB Saat Lebaran

6 Juni 2018

Pemerintah Diminta Perhatikan Jemaah Ahmadiyah NTB Saat Lebaran

Penyerangan dan pengrusakan terhadap rumah jemaah Ahmadiyah di Grebek, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat terjadi pada 19 dan 20 Mei lalu.

Baca Selengkapnya

Ahmadiyah Disebut Kerap Alami Kekerasan Berbasis Agama Sejak 1998

21 Mei 2018

Ahmadiyah Disebut Kerap Alami Kekerasan Berbasis Agama Sejak 1998

Tindakan intoleran terhadap jemaah Ahmadiyah yang baru-baru ini terjadi adalah aksi penyerangan, perusakan, dan pengusiran di Lombok Timur, NTB.

Baca Selengkapnya

Ahmadiyah Meminta Polisi Memproses Pelaku Penyerangan di Lombok

21 Mei 2018

Ahmadiyah Meminta Polisi Memproses Pelaku Penyerangan di Lombok

Jamaah Ahmadiyah meminta langkah cepat Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi seperti pernyataannya di media sosial.

Baca Selengkapnya

Perusak Rumah Warga Ahmadiyah di NTB Diperkirakan 50 Orang

21 Mei 2018

Perusak Rumah Warga Ahmadiyah di NTB Diperkirakan 50 Orang

Massa merusak 24 rumah warga Ahmadiyah. Polisi mengevakuasi penduduk ke kantor Kepolisian Resor Lombok Timur.

Baca Selengkapnya

Setara: Persekusi Ahmadiyah Merupakan Tindakan Biadab

20 Mei 2018

Setara: Persekusi Ahmadiyah Merupakan Tindakan Biadab

Setara Institute mengecam persekusi yang menimpa komunitas Jamaah Ahmadiyah di Lombok Timur.

Baca Selengkapnya

Sekelompok Orang Serang dan Usir Penganut Ahmadiyah di NTB

20 Mei 2018

Sekelompok Orang Serang dan Usir Penganut Ahmadiyah di NTB

Sekelompok orang melakukan penyerangan, perusakan, dan pengusiran terhadap warga penganut Ahmadiyah di Desa Greneng, Lombok Timur.

Baca Selengkapnya

Jemaah Ahmadiyah Minta di Kolom Agama E-KTP Ditulis Islam

25 Juli 2017

Jemaah Ahmadiyah Minta di Kolom Agama E-KTP Ditulis Islam

Jemaah Ahmadiyah minta dalam kolom agama e-KTP ditulis Islam.

Baca Selengkapnya

Warga Ahmadiyah di Manislor Desak Pemerintah Terbitkan E-KTP

24 Juli 2017

Warga Ahmadiyah di Manislor Desak Pemerintah Terbitkan E-KTP

Jemaah Ahmadiyah di Kuningan meminta Ombudsman mendorong pemerintah daerah setempat untuk menerbitkan e-KTP bagi warga Manislor yang juga Ahmadiyah.

Baca Selengkapnya

Tjahjo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong

24 Juli 2017

Tjahjo Kumolo Dukung Ahmadiyah Dapat E-KTP, Kolom Agama Kosong

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mendukung jemaah Ahmadiyah untuk tetap mendapatkan kartu tanda penduduk elektronik atau e-KTP.

Baca Selengkapnya

Human Rights Watch: Larangan Atas Ahmadiyah Melahirkan Kekerasan

14 Juni 2017

Human Rights Watch: Larangan Atas Ahmadiyah Melahirkan Kekerasan

Sejak ada SKB tiga menteri, kata Andreas, semakin banyak masyarakat Indonesia yang intoleran.

Baca Selengkapnya